Suara.com - Pekerja bantuan di Uganda mengatakan konflik bersenjata di Republik Demokratik Kongo (DRC) telah melipatgandakan aliran pengungsi sejak Juni dan menguras dana kemanusiaan.
Banyak pengungsi itu melawan malam-malam yang dingin dan menempuh risiko gelombang besar di Danau Albert untuk mencapai perbatasan Uganda.
Dalam kegelapan dini hari, satu kapal penuh pengungsi dari Republik Demokratik Kongo tiba di Danau Albert, Uganda. Beberapa bayi menjerit histeris.
Pekerja bantuan mengatakan jumlah pengungsi Kongo yang melarikan diri dari konflik bersenjata ke Uganda meningkat dua kali lipat lebih sejak Juni 2019 menjadi sekitar 300 per hari.
Baca Juga: Di Kongo, Epidemi Campak Telan Lebih Banyak Korban Jiwa daripada Ebola
Pengungsi Gipato Margaret mengatakan pertempuran intensif terjadi dalam dua minggu terakhir di kota DRC, Chomya. Pengungsi Joshua Oshaki kehilangan kontak dengan istrinya selama pertempuran di wilayah Ituri DRC tetapi berhasil melarikan diri dengan kedua anaknya.
Perebutan wilayah, kekayaan mineral, dan politik telah melanda Kongo timur selama lebih dari dua dekade. Uganda bekerja sama dengan badan pengungsi PBB atau UNHCR mendaftar dan mengangkut orang-orang yang baru tiba ke kamp-kamp yang telah menampung lebih dari satu juta pengungsi, 350.000 di antaranya dari DRC.
Deputi perwakilan UNCHR untuk Uganda, Kemlin Furley, mengatakan gelombang masuknya pengungsi itu mengikis pendanaan lembaga tersebut.
"Sekitar 17 persen dari semua kebutuhan, perlu dipenuhi. Jadi, gelombang kedatangan baru ini benar-benar menantang. Kita kekurangan dana untuk memberi bantuan yang sangat mereka butuhkan. Bantuan yang menyelamatkan jiwa ketika tiba."
Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan sedang berupaya untuk menyediakan bantuan bagi para pengungsi baru tetapi memperingatkan anggarannya tidak akan bertahan lama.
Baca Juga: 47 Penumpang Tewas Akibat Kecelakaan Perahu di Kongo
Julie McDonald, wakil direktur untuk WFP-Uganda, mengatakan, "Saat ini, kami dijadwalkan akan kehabisan makanan dan uang tunai pada bulan September. Jadi, kami sangat membutuhkan sumbangan baru untuk memastikan kita terus bisa memberi makan para pengungsi."
Sementara itu, tampaknya aliran pengungsi Kongo yang melarikan diri mencari selamat ke Uganda tidak akan berakhir.
Sumber: VOA Indonesia