Suara.com - Javed Mohammadi (17) imigran asal Afganistan mengaku kondisinya lebih baik sejak berpindah hunian dari sebelumnya di trotoar ke eks gedung Kodim di Kalideres, Jakarta Barat.
Javed merasa bersyukur jika ia bersama imigran lainnya mendapat perhatian dari pemerintah dan warga Indonesia yang ia nilai ramah. Namun di balik kondisinya yang merasa lebih baik, ingatan Javed akan kampung halamannya masih kuat.
Jika bisa memilih, sebenarnya ia lebih merasa kerasan tinggal di Kabul, Afganistan. Tetapi karena negara itu tengah dilanda perang, mau tidak mau dia lebih memilih untuk mencari suaka ke negeri lain.
Persoalan bisa sampai ke Indonesia, Javed menuturkan hal itu terjadi tanpa rencana sebelumnya.
Baca Juga: Lurah Kalideres Tak Terima Disebut Tampung Imigran Diam-diam
"Jadi saya naik pesawat dari Kabul menuju India lalu melalui Malaysia baru ke Indonesia satu tahun lalu. Tidak pernah rencana memang mau ke sini," kata Javed di Kalideres, Jakarta Barat.
Javed bercerita mengenai kisah hidupnya saat masih di Afganistan yang ia anggap sangat jauh berbeda dengan di Indonesia. Menurutnya, kehidupan di tengah perang membuat segala aktivitas menjadi sangat terbatas.
Keterbatasan itu dirasakan Javed terkait pendidikan yang menjadi terhenti lantaran perang. Pendidikannya secara formal bahkan tak sampai selesai dan terhenti saat usianya sekitar 12 tahun.
"Iya di sana semuanya terbatas. Untuk wanita bahkan tidak mendapat pendidikan di sekolah," kata Javed.
Selain tak bisa meneruskan pendidikannya. Kondisi perang di Afganistan juga membuat Javed kehilangan banyak kerabat dan teman. Ia bercerita, beberapa orang terdekatnya tewas satu per satu di tangan kelompok militan Taliban.
Baca Juga: Dipindah ke Gedung Eks Kodim, Imigran Merasa Lebih Nyaman, Tapi...
"Saya kehilangan banyak orang, bahkan saya juga kehilangan sahabat baik saya yang tewas usai dibunuh kelompok Taliban," ujar Javed.
Ia pun berharap agar para imigran yang kini mengungsi di eks gedung Kodim dapat memperoleh suaka serta jaminan keamanan yang tidak bisa ia dan imigran lain rasakan di negara perang.
"Karena alasan itu kami meninggalkan negara asal untuk mencari tempat yang aman untuk berlindung," ucapnya.
Sebelumnya, para imigran yang sempat menempati trotoar di depan kantor Badan Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Kebon Sirih, Jakarta Pusat kini telah berpindah ke gedung bekas Kodim di Kalideres, Jakarta Barat.
Perpindahan mereka dari pusat kota ke Kalideres itu sudah dilakukan sejak Kamis (11/7/2019). Adapun mereka kini tinggal dalam gedung, namun ada juga yang di halaman gedung dengan menggunakan tenda.
Pantauan Suara.com, terdapat beberapa tenda ukuran besar milik Dinas Sosial yang dipakai untuk tempat tinggal para imigran. Selain tenda besar, tenda-tenda ukuran kecil milik imigran juga ikut dipasang oleh mereka.
Hayatullah salah satu imigran yang ikut mengungsi mengatakan, dirinya merasa lebih baik semenjak dipindah ke gedung tersebut. Pasalnya, ia merasa lebih aman ketimbang saat menggelandang di trotoar.
"Iya nyaman di sini," ujar Hayatullah, Minggu (14/7/2019).
Hal senasa juga dikatakan oleh pengungsi asal Afganistan lainnya, Muhammad Syuaib.
"Ini lebih baik daripada di jalan," ucapnya.
Meski dirasa lebih baik, Syuaib menganggap tempat pengungsiannya masih belum cukup layak, terlebih untuk anak-anak.