Keluarga Tewas karena Perang, Imigran Afghanistan ke Indonesia Cari Suaka

Rabu, 10 Juli 2019 | 11:14 WIB
Keluarga Tewas karena Perang, Imigran Afghanistan ke Indonesia Cari Suaka
Imigran asal Afghanistan, Muhammad Mahdi. (Suara.com/Fakhri)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Alasan keamanan membuat Muhammad Mahdi, imigran asal Afghanistan pergi ke Indonesia. Ia merasa sudah tidak aman lagi tinggal di negaranya karena perang saudara yang berkecamuk.

Mahdi datang ke Indonesia sejak tujuh bulan yang lalu. Ia saat ini hidup luntang-lantung di trotoar Jalan Kebon Sirin. Setaiap malam, ia tidur dengan menggunakan tenda dan tikar.

Saat pergi dari Afghanistan, Mahdi menyebut seluruh keluarganya sudah tewas karena perang tersebut. Di Indonesia, ia hanya bisa membawa istri yang tengah hamil dan seorang anak.

"Tak ada ayah, ibu, kakak, adik sudah finish (meninggal)," kata Mahdi sambil memberi isyarat leher tergorok menggunakan tangannya di lokasi, Rabu (10/7/2019).

Baca Juga: Jawa Barat Digugat Koalisi Warga Jakarta Soal Polusi, DPRD Jabar Tak Terima

Tujuannya ke Indonesia adalah untuk mencari suaka melalui Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Ia berharap nantinya UNHCR bisa memindahkannya ke negara lain yang memberinya keamanan.

Imigran pencari suaka asal Sudan, Safuad bersama bayinya tinggal di troatoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (9/7/2019). [Suara.com/Fakhri Fuadi Muflih]
Imigran pencari suaka asal Sudan, Safuad bersama bayinya tinggal di troatoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (9/7/2019). [Suara.com/Fakhri Fuadi Muflih]

Saat di Afghanistan, Mahdi dan keluarganya tinggal di kota Ghazni. Ia mengaku hidup berkecukupan dengan membuka bengkel motor di kota tersebut.

Lebih lanjut, ia dari Afghanistan masih memiliki ongkos untuk memberangkatkan keluarganya menggunakan pesawat. Namun saat di Indonesia ia serba kesulitan.

Untuk makanan, ia hanya mengharap ada bantuan dari orang lain. Terkadang ada yang memberinya bantuan berupa uang, makanan, dan minuman. Namun jumlahnya tidak menentu.

Dalam satu hari, Mahdi dan keluarganya hanya bisa makan nasi satu kali sehari. Jika bantuan lebih banyak ia bisa makan dua kali sehari. Ketika tidak ada bantuan ia hanya bisa berbagi makanan dengan imigran lainnya.

Baca Juga: Ketua DPRD Jakarta: Adyaksa Dault Ingin Coba Jadi Cawagub DKI

Untuk mandi, Mahdi harus merogoh kocek sebesar Rp 3000. Ia merasa biaya tersebut masih berat untuknya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI