Kisah Narapidana Jadi Gay dan Lesbian, Dipaksa Oral Hingga Koleksi Sex Toys

Selasa, 09 Juli 2019 | 14:08 WIB
Kisah Narapidana Jadi Gay dan Lesbian, Dipaksa Oral Hingga Koleksi Sex Toys
Ilustrasi narapidana. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Divisi Permasyarakatan (Kadivpas) Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Ham (Kemenkumham) Jawa Barat, Abdul Aris mengatakan bahwa fenomena perubahan perilaku seks terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang tersebar di Jawa Barat. Mereka sebelumnya penyuka lawan jenis, menjadi penyuka sesama jenis.

Pihak penjaga lapas pernah menemukan napi yang dipaksa melakukan oral seks hingga menemukan alat bantu seks di dalam sel tahanan.

Kapatitas lapas yang seharusnya dihuni oleh 15.600 napi kini malah diisi 23.800 napi. Sempitnya jarak antara satu napi dan napi lainnya saat tidur serta masa hukuman yang lama memicu adanya kelainan orientasi seksual di dalam lapas baik untuk perempuan maupun laki-laki.

"Kalau seperti ini yang cowo kan sudah lama enggak pulang. Ada yang disuruh dipaksa melakukan oral seks. Itu namanya penyimpangan," kata Aris saat dihubungi Suara.com, Selasa (9/7/2019).

Baca Juga: Narapidana Bisa Jadi Gay dan Lesbian di Penjara Indonesia

Aris tidak tahu persis terkait jumlah napi yang cenderung menjadi gay atau lesbian. Namun, mereka kadang tertangkap tengah berduaan di lingkungan lapas.

Selain itu, tak jarang pihaknya juga menemukan alat bantu seks atau sex toys di dalam sel saat penggeledahan.

"Ketahuannya di lingkungan lapas itu lah. Jadi sering berduaan, 'lu ngapain?' 'enggak pak, cuman ini aja...' 'Yasudah sana-sana' Kita tegur," ujarnya.

"Ada yang model-model untuk perempuan ada pisang-pisangan, kalau yang laki-laki (sex toysnya) bentuk perempuan ya itu kan karena kan bentuk penyimpangan tapi karena mungkin pidana dia lama gitu kan, kebutuhan seksnya tinggi," sambubgnya.

Aris mengaku pihaknya tidak bisa mendata berapa jumlah napi yang memiliki kelainan orientasi seksual. Selain bersifat privasi, terkadang dari mereka pun ada yang enggan mengungkapkan secara transparan.

Baca Juga: Berawal Ajakan Pesta Sabu, Kisah Pasangan Lesbian di Bali Terungkap

Oleh karena itu pihaknya menyiasati dengan cara mendeteksi sejak awal napi tersebut masuk ke dalam lapas, terutama bagi napi yang tampak berbeda. Semisal, napi perempuan berpenampilan seperti laki-laki dan napi laki-laki yang terlihat seperti wanita.

Dengan melihat itu, kemudian pihaknya melakukan pemisahan semata-mata hanya untuk menghindari perluasan adanya fenomena gay dan lesbian.

"Kita nggak bisa me-justice, tapi kita punya catatan sendiri, wah ini begini, ya dipisahin... Kadang dijadikan satu dengan orang yang lebih tua. Nah dia kan jadinya enggak ada ketertarikan," tandasnya

Untuk diketahui, fenomena gay dan lesbian mencuat saat diungkapkan oleh Kepala Kanwil Kemenkum HAM Jabar, Liberti Sitinjak.

Fenomena itu muncul dikarenakan jumlah penghuni sel melampaui kapasitas yang ada. Sehingga menurutnya malah cenderung berdampak kepada perilaku seksual para narapidana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI