Rekonsiliasi Jokowi - Prabowo, Gerindra: Islah Harus Hilangkan Dendam

Selasa, 09 Juli 2019 | 12:42 WIB
Rekonsiliasi Jokowi - Prabowo, Gerindra: Islah Harus Hilangkan Dendam
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani. (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo Subianto harus menjadi jalan islah, baik di antara keduanya maupun para pendukung di akar rumput.

Muzani menuturkan, rekonsiliasi harus mencapai jalan islah dengan menghilangkan kesan-kesan yang selama ini dinilai menjadi konflik atau pemecah dua kubu saat gelaran Pemilu dan Pilpres 2019 berlangsung.

"Ya kan begini, islah yang sekarang harus dilakukan itu harus meniadakan dendam, harus meniadakan bahwa saya pemenang dan kamu yang kalah, saya penguasa kamu yang dikuasai, saya yang benar kamu yang salah," ujar Muzani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (9/7/2019).

"Sehingga islah itu tidak akan terjadi kalau dendam yang seperti itu masih terjadi," Muzani menambahkan.

Baca Juga: Buntut Tulisan 'Terima Kasih Jokowi', Eks BPN Prabowo: Pecat Direksi Garuda

Muzani tidak ingin rekonsiliasi antara Jokowi dengan Prabowo hanya sekadar lip service atau dagangan politik yang tidak mencapai suatu islah dan masih menyisakan ketegangan di antara keduanya.

"Sehingga itu yang kita sampaikan pada kawan-kawan bahwa rekonsiliasi, islah, penyatuan, itu akan terjadi sebagai sesuatu yang genuine dan kita sampaikan itu, semuanya. Iya tidak boleh ada proses kriminalisasi, dan seterusnya," ujar Muzani.

Terkait persoalan kriminalisasi, Muzani tak menampik bahwa pembebasan para pendukung yang sempat ditahan hingga pemulangan Habib Rizieq Shihab menjadi syarat terciptanya rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo.

"Tapi keseluruhan, bukan hanya itu (pemulangan Habib Rizieq), tapi keseluruhan. Kemarin-kemarin kan banyak ditahan-tahanin ratusan orang lagi pada diproses-proses," ujar Muzani.

Muzani mengatakan, tak ada syarat lainnya lagi di luar dua syarat ihwal pembebasan untuk para pendukung Prabowo - Sandiaga yang ditahan dan pemulangan Habib Rizieq ke tanah air.

Baca Juga: Fadli Zon Tolak Jokowi - Prabowo Rekonsiliasi: Memangnya Kita Perang?

"Enggak ada yang lain. Pokoknya yang penting adalah bagaimana perbedaan paham, perbedaan pandangan, perbedaan pilihan di masyarakat ini kemudian menjadi sesuatu yang cair. Sehingga ada energi bagi bangsa Indonesia untuk menata ke depan. Nah energi baru ini yang kemudian harus kita pupuk untuk membangun Indonesia," tuturnya.

Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo - Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak. (Suara.com/Ria Rizki)
Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo - Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak. (Suara.com/Ria Rizki)

Sebelumnya isu pemulangan Habib Rizieq sempat dikatakan oleh mantan Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak.

Dahnil berharap pertemuan rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo itu juga membahas soal rencana untuk memulangkan pentolan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab ke Indonesia sebagai wujud rekonsiliasi politik.

"Ini pandangan pribadi saya, bila narasi rekonsiliasi politik mau digunakan, agaknya yang paling tepat beri kesempatan kepada Habib Rizieq kembali ke Indonesia," kata Dahnil melalui akun Twitternya @dahnilanzar pada Kamis (4/7/2019).

Menurutnya, daripada hanya mempertemukan Jokowi dan Prabowo lebih penting ialah meredamkan aksi kriminalisasi. Dengan begitu, ia menilai kalau kesempatan memulangkan Habib Rizieq bisa memulihkan pandangan radikalis yang selama ini menjadi momok bagi para pemuka agama.

"Stop upaya kriminalisasi, semuanya saling memaafkan. Kita bangun toleransi yang otentik, stop narasi-narasi stigmatisasi radikalis dan lain-lain," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI