Suara.com - Pembubaran penampilan Base Jam dalam acara Penutupan Aceh Culinary Fesival yang berlangsung di Taman Sulhanan Safiatuddin di Banda Aceh oleh sekelompok ormas pada Minggu (7/7/2019) memancing kontroversi.
Ketua Tastafi Banda Aceh Tgk Umar Rafsanjani meminta agar pemerintah tidak memaksakan pertujukan yang tidak sesuai dengan penerapan Syariat Islam. Selain itu, dia berharap kepada pemerintah dan semua pihak untuk berpikir tentang Aceh.
Ia menjelaskan, saat itu pihak panitia meminta untuk tetap menampilkan Base Jam membawakan lagu Aceh dan lagu religi.
"Semua membenarkan dan membolehkan mereka untuk tampil membawakan lagu Aceh dan lagu religi, tapi waktu di lapangan tidak sesuai dan mereka membawakan lagu mereka, setelah sebelumnya menyumbangkan lagu Aceh," katanya seperti dilansir Antara, Senin (8/7/2019).
Baca Juga: Konser di Aceh Dibubarkan, Base Jam Tahu Ada Masalah Sejak Awal
Menurut Umar, penampilan Base Jam tersebut tidak sesuai seperti yang disampaikan dan pihaknya juga telah meminta pejabat terkait guna memastikan kembali penampilan grup band tersebut apa sesuai yang telah disepakati.
"Mungkin masyarakat terkesan tidak dihargai dan saat itu tidak dapat diredam," katanya.
Tak hanya itu, Umar menekankan pembubaran yang dilakukan beberapa ormas di Aceh karena panitia tidak memenuhi janji yang disampaikan saat berembuk bersama dengan Kepala Disbudpar Aceh.
"Pembubaran ini karena pihak panitia ingkar janji, sebab sebelumnya kita sudah pernah duduk dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh terkait tidak digelarnya konser tersebut, jika pun ada hanya mempromosikan kuliner Aceh," tegasnya. (Antara)
Baca Juga: Bawakan Lagu Sendiri, Penampilan Base Jam di Aceh Dibubarkan Sejumlah Ormas