Atas sederet prestasinya tersebut, dirinya menjadi seorang guru di Shanghai, Tiongkok. Di sana, ia mengajar bahasa Inggris dan mendampingi siswa yang akan masuk ujian SAT.
Karena keinginannya untuk mempunyai teman yang banyak, ia berencana ingin masuk sebagai anggota TNI.
Cita-cita ini terinspirasi dari banyaknya siswa Indonesia yang pernah belajar di Amerika Serikat yang memilih masuk militer ketika pulang ke Tanah Air.
Dalam benaknya, lingkungan militer yang mengusung prinsip egaliter atau 'semua sama rata' dinilai sebagai jalan yang mulus baginya untuk mendapatkan teman atau bahkan kekasih.
Baca Juga: Diusul Jadi Menteri, Audrey Yu Disebut Sebagai Gadis Jenius
Sayangnya, rencana tersebut pupus seiring datangnya berbagai kritik terhadap dirinya. Dalam perjalanannya menggapai impian menjadi seorang tentara, dirinya mengakui ada banyak halangan dan penolakan yang harus dihadapinya.
Tak hanya itu, dirinya bahkan harus menerima kenyataan pahit, menjadi bulan-bulanan kebencian oleh orang di sekitarnya, bahkan ditinggalkan dan niat mulianya itu dianggap sebagai main-main.
Sikap diskriminatif tersebut sungguh dialami oleh Audrey semenjak kecil. Pada saat Orde Baru ditumbangkan oleh gerakan reformasi, dirinya yang merupakan keturunan Tionghoa, mengaku mengalami peristiwa yang cukup sulit kala itu.
Anggapan tidak nasionalis dan bukan pribumi asli, sering dialaminya. Walau ia mengaku bahwa dirinya merupakan sosok yang Pancasilais, tak ada yang mau menggubrisnya pada saat itu.
Urung mencoba masuk TNI, ia mengubah haluan menjadi seorang penulis, dan beberapa buku telah ia terbitkan.
Baca Juga: Audrey Yu, Gadis Ajaib Surabaya Diusulkan Warganet Jadi Menteri
Di antaranya "Indonesia Tanah Airku" dan "Aku Cinta Indonesia." Salah satu yang menarik perhatian adalah bukunya yang berjudul 'Mencari Sila Kelima' atau tong bao dalam bahasa Tiongkok.