Dalam putusannya, MA membatalkan putusan PN Mataram nomor 265/Pid.Sus/2017/PN.Mtr tanggal 26 Juli 2017.
Majelis MA menyatakan, Baiq Nuril terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana tanpa hak mendistribusikan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik yang bermuatan melanggar kesusilaan.
“Menjatuhkan vonis enam bulan penjara dan denda Rp 500 juta subsider tiga bulan kurungan penjara kepada terdakwa,” demikian kutipan putusan kasasi tersebut.
Kasasi tersebut artinya mengabulkan tuntutan jaksa penuntut umum. Sebab, dalam persidangan sebelumnya, jaksa menuntut Baiq Nuril dipenjara selama 6 bulan dan denda Rp 500 juta subsider 3 bulan kurungan.
Baca Juga: PK Baiq Nuril Ditolak Mahkamah Agung
Perkara ini bermula ketika Baiq Nuril dituduh merekam dan menyebarkan percakapan mesum kepala sekolahnya waktu itu, H Muslim.
Percakapan tersebut bermula sejak Desember 2014. Percakapan bermula Desember 2014. Sang kepala sekolah tanpa alasan menelepon Baiq Nuril.
Dalam sambungan telepon itu, Muslim menceritakan dirinya berhubungan badan dengan orang lain. Karena pembicaraan seperti itu, Baiq Nuril juga merasa dilecehkan Muslim.
Rekaman percakapan mesum tersebut ternyata tersebar sehingga membuat Muslim malu. Ia lantas melaporkan Baiq Nuril ke Polres Mataram. Tak hanya dilaporkan polisi, Baiq Nuril juga dipecat sebagai goro honorarium.
Kriminalisasi terhadap Baiq Nuril ini menjadi perbincangan publik Mataram hingga nasional. Simpati mengalir kepada ibu tersebut dari warga berbagai daerah.
Baca Juga: Minta Penundaan Eksekusi, Buni Yani Samakan Diri dengan Baiq Nuril