Suara.com - Pengamat lingkungan hidup dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Suprihatin mengusulakan pemerintahan Jokowi perlu melakukan upaya konservasi sumber air di musim kemarau tahun ini. Hal itu untuk mencegah kekurangan air bersih.
Penerapan konsep tersebut merupakan beberapa upaya yang bisa dilakukan agar air lebih lama mengendap atau tersimpan di tanah. Namun, selama ini pemerintah maupun masyarakat masih mengabaikan hal itu.
"Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk itu misalnya penghijauan dan penggunaan lahan untuk tanaman tertentu," kata dia saat dihubungi, Senin (1/7/2019).
Akibatnya, lanjut dia, saat musim hujan potensi banjir akan lebih tinggi dan saat musim kemarau masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih. Oleh karena itu semua daerah terutama yang relatif berada di ketinggian perlu menerapkan.
Baca Juga: Kemarau Panjang, 15 Desa di Bantul Kekeringan Sampai Kesulitan Air
Menurut dia, dengan sikap kurang memperhatikan lahan atau tidak diatur dengan baik, saat hujan air tersebut langsung mengalir ke sungai. Padahal, air tersebut dibutuhkan masyarakat dari berbagai aspek seperti irigasi.
Irigasi tersebut ujarnya, dibutuhkan untuk mengaliri air ke lahan pertanian masyarakat. Jika pasokan air kurang maka lahan persawahan akan terancam gagal panen dan menimbulkan kerugian ekonomi. "Karena sumber utama air itu dari hujan," katanya.
Ia juga mengkritisi selama ini pemerintah maupun masyarakat hanya mencarikan solusi jangka pendek terkait ketersediaan air apabila terjadi musim kemarau sehingga belum menjawab persoalan secara kompleks.
Sebagai contoh, saat terjadi kekeringan di beberapa daerah pemerintah hanya cenderung menyiapkan pasokan air bersih bagi masyarakat. Padahal langkah itu hanya mengatasi masalah dalam waktu singkat.
"Oleh karena itu masalah lingkungan harus dilihat dari kurun waktu yang jauh ke depan, atau jika ingin menganalisa sekarang harus tau apa penyebab sebelumnya," ujar dia. (Antara)
Baca Juga: Dilanda Kekeringan, Warga Sukabumi Jalan Kaki 2 Kilometer Cari Air Bersih