Di KTT G20, Jokowi Bicara Pendidikan dan Pemberdayaan Perempuan

Minggu, 30 Juni 2019 | 10:36 WIB
Di KTT G20, Jokowi Bicara Pendidikan dan Pemberdayaan Perempuan
Presiden Joko Widodo saat menghadiri KTT G20 di Osaka Jepang, Jumat (28/06). [Ludovic MARIN / POOL / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi ikut menghadiri pertemuan para pemimpin negara KTT G20 di Osaka Jepang. Pertemuan tersebut merupakan konferensi para pemimpin negara di 20 negara dengan ekonomi terbesar.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi, mengangkat isu terkait akses pendidikan dan pemberdayaan perempuan saat berbicara pada Sesi III KTT G20 Osaka dengan tema, "Addressing Inequalities & Realizing an Inclusive and Sustainable World," Sabtu (29/6/2019).

"Kita semua paham bahwa akses pendidikan dan pemberdayaan perempuan merupakan elemen penting untuk mencapai target Sustainable Development Goals. Dan itu memerlukan kerja sama kita semua," kata Jokowi di depan para pemimpin negara anggota G20 seperti dilansir dari laman Sekretariat Kabinet, Minggu (30/6/2019).

Terkait pendidikan, mantan Wali Kota Solo ini menegaskan perlunya penyesuaian sistem pendidikan saat ini yang menurutnya masih mengikuti pola pendidikan yang lama. Padahal, di era digital seperti sekarang ini, Jokowi menyadari adanya perubahan terkait pola mental dan pola pergaulan anak-anak di abad ke-21.

Baca Juga: 5 Berita Populer: Jokowi Diapit Wanita di KTT G20, Sandiaga Nyemplung Sawah

"Anak kita sekarang hidup di eranya YouTube video yang rata-rata panjangnya hanya 12 menit, di eranya Instagram video atau Twitter video yang rata-rata panjangnya 6 menit atau bahkan sependek 1 menit. Dulu, anak-anak bergaul dengan misalnya naik sepeda bersama, sekarang anak kita bergaul dengan ramai-ramai main video game 'Massive multi-player online game' seperti Fortnite dan Minecraft," tutur Jokowi.

Terkait dengan partisipasi perempuan, Jokowi mengatakan bahwa peran perempuan di dalam ekonomi, politik dan kehidupan bermasyarakat masih jauh dari potensi yang ada. Padahal menurutnya, di era berbagai tren yang dipicu digitalisasi dan globalisasi, wanita bisa lebih unggul daripada pria.

"Perempuan lebih rajin, lebih tekun, lebih detail, lebih sabar, dan lebih team-work daripada kita. Karena e-Commerce dan teknologi membutuhkan karakter seperti itu, sehingga meningkatkan partisipasi perempuan dalam bisnis, ekonomi dan politik otomatis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing nasional di era digital," ungkap Presiden Jokowi.

Oleh sebab itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut, ke depan pemerintahannya akan fokus pada pembangunan sumber daya manusia. Indonesia, sambungnya, memiliki 68,6 persen atau sekitar 181,3 juta orang berada pada usia produktif.

"Agar penduduk usia produktif tersebut menjadi bonus demografi diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing," ucapnya.

Baca Juga: Jumpa di KTT G20, Donald Trump dan Shinzo Abe Bicarakan Otomotif

Selain itu di tingkat kawasan, tambah Jokowi, para pemimpin ASEAN baru saja mengadopsi "ASEAN Outlook on Indo-Pacific" yang berisi sikap, cara pandang dan kesiapan ASEAN untuk bekerja sama dengan pihak manapun, yang merupakan kontribusi ASEAN bagi upaya menjaga stabilitas dan perdamaian serta menciptakan pembangunan yang inklusif dan berkesinambungan.

"Kerja sama jelas diperlukan, pertama untuk memecahkan masalah sumber pendanaan yang tidak hanya dari pemerintah, tapi dari swasta, melalui inovasi keuangan seperti blended finance. Kedua, kerja sama dalam sertifikasi keahlian atau standar kompetensi. Semakin sertifikasi dapat diterima secara regional, akhirnya secara internasional semakin besar manfaat dari pelatihan vokasi dan keterampilan praktis buat pekerja kita," tutup dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI