Suara.com - Juru bicara Organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir, Talat Fahmi memperingatkan bahwa nyawa 60 ribu tahanan di penjara-penjara Mesir dalam bahaya.
Talat Fahmi mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis bahwa otoritas Mesir memulai operasi keamanan berskala besar di penjara-penjara pasca-wafatnya Mohammad Morsi, presiden Mesir pertama yang dipilih secara demokratis di ruang sidang.
Dia menekankan bahwa ada "pelanggaran brutal" di penjara dan ada potensi terjadi bencana yang mengancam kehidupan 60 ribu tahanan.
Fahmi mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi hak asasi manusia untuk mengambil tindakan guna mengakhiri "pembunuhan secara perlahan-lahan" terhadap 60 ribu tahanan.
Baca Juga: Mesir Kecam Pernyataan PBB Soal Kematian Morsi
Jubir Fahmi juga melaporkan bahwa pemerintah melakukan penggerebekan dan penahanan di desa tempat Mursi dilahirkan, tempat tersebut menjadi sasaran karena masyarakatnya mengadakan salat ghaib untuk Morsi.
Morsi, pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir, memenangkan pemilihan presiden demokratis pertama negara itu pada 2012.
Namun, setelah hanya satu tahun menjabat, dia digulingkan dan dipenjara dalam kudeta militer berdarah yang dipimpin oleh menteri pertahanan Mesir saat itu dan presiden saat ini Abdel Fattah al-Sisi.
Dia meninggal dunia pada Senin di pengadilan saat tengah menjalani persidangan atas sejumlah tuntutan hukum, yang menurut dia, aktivis HAM dan pengamat independen, bermotivasi politis. (Anadolu)
Baca Juga: Ikhwanul Muslimin Tuntut Tanggung Jawab Mesir Atas Kematian Morsi