Catatan Negatif PRJ 2019 Versi YLKI, Tiket Mahal, Pengunjung Tak Nyaman

Minggu, 23 Juni 2019 | 13:22 WIB
Catatan Negatif PRJ 2019 Versi YLKI, Tiket Mahal, Pengunjung Tak Nyaman
City of Light PRJ [press release]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tiket masuk ke Pekan Raya Jakarta atau PRJ 2019 di Kemayoran dirasa sangat mahal. Di sisi lain pengunjung tidak nyaman ada di PRJ.

Itu adalah sebagian catatan negatif PRJ versi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI. YLKI menyebut manajemen Pekan Raya Jakarta (PRJ) hanya memungut tarif yang mahal, tetapi gagal menyamankan pengunjungnya.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seharusnya mengawasi pelaksanaan PRJ ini.

"Masih ada waktu seminggu lagi bagi managemen PRJ untuk memperbaiki layanan dan kinerjanya," kata Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (23/6/2019).

Baca Juga: Dipajang di PRJ, Suzuki Burgman 125 Belum Pasti Dijual di Indonesia

Salah satu paket acara HUT ke-492 Jakarta adalah pelaksanaan PRJ atau Jakarta Fair, yang dilaksanakan per 22 Mei-30 Juni 2019.

"Pada hari Sabtu, saya mengunjungi PRJ. Memasuki area PRJ sekitar jam 16.15, dengan kemacetan yang parah. Dan baru bisa parkir sekitar jam 17.15 WIB," kata dia.

Ada beberapa catatan terhadap pelaksanaan Jakarta Fair ini yang menjadi tidak adil bagi konsumen atau pengunjung. Tarif parkirnya menerapkan harga tetap, yakni Rp 30.000 per kendaraan sekali masuk. Tarif sebesar ini terlalu mahal. Ini sama saja menjadikan kenaikan tiket masuk secara terselubung.

Sedangkan tiket masuk tarifnya Rp 40.000 per orang untuk pengguna mobil jadi total harus merogoh kocek Rp 70.000 Kondisi area parkir sangat tidak nyaman, terbuka, dan berdebu. Selain itu, managemen PRJ seharusnya bisa menakar berapa kapasitas maksimal area PRJ dan area parkir.

"Bukan malah sebaliknya, pengunjung terus diterima masuk ke area PRJ sehingga sangat sulit mencari area parkir, dan di dalam area PRJ sangat penuh sesak," kata dia.

Baca Juga: Komidi Puter PRJ Roboh, Ini Klarifikasi Lengkap PT JIExpo

Menurutnya hal itu, sangat tidak nyaman, sementara konsumen sudah membayar parkir yang sangat mahal dan tiket masuk yang mahal juga.

Kemudian terkait fasos fasus di area PRJ juga kurang memadai, khususnya keberadaan dari jumlah toilet dan mushola. Minim penandaan yang memberi pengunjung arah ke lokasi toilet dan mushola.

"Jadi pengunjung harus mencari-cari petugas untuk bertanya, dimana keberadaan toilet dan mushola. Selain itu terjadi antrian yang panjang di toilet perempuan. Disaat pengunjung membludak seperti itu, seharusnya disiapkan portable toilet," katanya.

Selain itu, di area PRJ banyak orang merokok dan SPG yang menjajakan dan mempromosikan produk rokok, dari beberapa merek. Rokok ditawarkan dengan promosi potongan harga Rp 20.000 mendapatkan dua bungkus rokok, plus wadah asesorisnya.

Dengan demikian, PRJ yang mengklaim berskala internasional, kalah dengan area pasar tradisional di Bangkok, Pasar Tjacucak, yang terbebas asap rokok.

"Tidak ada orang merokok di pasar tersebut, apalagi ada SPG yang jualan rokok. Padahal area PRJ sebagai tempat umum adalah area KTR (Kawasan Tanpa Rokok)," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI