Sebelumnya diberitakan, uji coba kawasan semi-pedestrian di Malioboro, Yogyakarta terus dimatangkan seiring dengan banyaknya masukan dari para pedagang, pengusaha, maupun wisatawan.
Dalam rapat tertutup bersama Sekretaris Daerah (Sekda) pada Kamis (13/06/2019), diputuskan bahwa uji coba akan dilakukan secara rutin tiap selapan (35 hari) sekali.
"Tiap selapan sekali, tiap Selasa Wage," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DIY Sigit Sapta Raharjo seusai rapat.
Kebijakan penutupan pada hari Selasa ini sengaja diterapkan berbarengan dengan kegiatan bersih-bersih Malioboro. Artinya, para pedagang kaki lima (PKL) tidak berjualan pada hari tersebut. Kebijakan itu juga tidak mengubah lokasi parkir yang sudah ada saat ini.
Baca Juga: 5 Tempat Parkir Kendaraan Selama Uji Coba Malioboro Jadi Pedestrian
"Penutupan Selasa Wage itu bersamaan dengan agenda PKL. Jadi Malioboro itu ben ora kekeselen, ben ana lerene (Jawa: agar tidak kelelahan, agar ada istirahatnya). Itu kesepakatannya," kata Sigit.
Larangan ini berlaku untuk semua jenis kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Namun, ada pengecualian untuk beberapa jenis kendaraan, misalnya kendaraan umum Transjogja, mobil pelayanan umum (truk sampah, ambulans, dan mobil pemadam kebakaran), serta mobil polisi.
Selama masa uji coba, larangan ini tidak berlaku terlalu ketat. Artinya, kendaraan yang memiliki izin atau dalam kondisi darurat masih diperbolehkan masuk.
Evaluasi akan dilakukan setelah uji coba tanggal 18 Juni 2019. Akan dikaji pula kemungkinan untuk menerapkan kebijakan ini pada hari-hari lain, misalnya setiap akhir pekan. Ia memastikan, jika hal itu diberlakukan, akan ada pemberitahuan sepekan atau dua pekan sebelum penutupan dilaksanakan.
Baca Juga: Pengalihan Arus Lalu Lintas Selama Uji Coba Malioboro Jadi Pedestrian