Suara.com - Aliansi gabungan ormas Islam Malaysia mendesak penyelidikan independen atas kematian Presiden terguling Mesir Muhammed Morsi di pengadilan.
Majelis Syura Ormas-ormas Islam Malaysia (MAPIM) mengatakan dunia harus mengetahui penyebab kematiannya karena Human Rights Watch menunjukkan Morsi ditolak mendapatkan perawatan dalam kondisi terburuk di tahanan.
“Tidak dapat diterima bahwa media Mesir hanya menggambarkan kematiannya di penjara akibat serangan stroke,” ujar Presiden MAPIM Mohd Azmi Abdul Hamid dalam pernyataannya pada Selasa (18/6/2019) seperti dilansir Kantor Berita Anadolu.
Azmi mengatakan MAPIM mendukung penuh seruan internasional untuk melakukan investigasi independen atas meninggalnya Morsi.
Baca Juga: Meninggal Setelah Persidangan, Mantan Presiden Mesir Disebut Erdogan Martir
“Rezim Mesir sepenuhnya bertanggung jawab atas kematiannya. Dengan situasi Mursi yang berada dalam tahanan rezim Mesir, kematiannya sengaja direncanakan oleh pemerintah,” ujar Azmi.
Azmi juga mendesak rezim Mesir saat ini dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional atas penolakannya terhadap hak-hak Morsi dan penyiksaan yang dilakukan rezim hingga membuat Mursi meninggal dunia.
Presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis Mohamed Morsi meninggal Senin dalam sebuah persidangan untuk menghadapi tuduhan yang diyakini banyak orang bermotivasi politik.
Morsi (67) menjadi sasaran banyak persidangan atas sejumlah tuduhan sejak dia digulingkan dan dipenjara dalam kudeta militer 2013.
Dia menghadapi enam dakwaan, termasuk hukuman penjara, pembunuhan, mata-mata untuk Qatar, mata-mata untuk Hamas dan Hizbullah, menghina pengadilan dan keterlibatan dalam terorisme.
Baca Juga: Mantan Presiden Mesir, Mohamed Morsi, Meninggal Usai Disidang
Mantan presiden itu dijatuhi hukuman setidaknya satu kali seumur hidup dan ditambahkan ke daftar resmi "teroris" Mesir.
Kematian yang 'Terprediksi'
Sementara itu, masih menurut laporan Anadolu, sebuah organisasi hak asasi manusia terkemuka mengatakan meninggalnya eks presiden Mesir, yang pertama dan satu-satunya terpilih secara demokratis, disebabkan oleh perlakuan pihak berwenang.
"Ini memang mengerikan tetapi SUDAH BISA diprediksi mengingat pemerintah telah gagal memfasilitasi perawatan medis yang memadai, apalagi kunjungan keluarga," ujar Direktur Human Rights Watch Timur Tengah dan Afrika Utara Sarah Leah Whitson via Twitter.
Hal itu disampaikan Whitson setelah organisasinya menyelesaikan sebuah laporan tentang kondisi kesehatan Mohamed Morsi.
Pada 2012, Morsi, yang merupakan anggota kelompok Ikhwanul Muslimin Mesir, memenangkan pemilihan presiden demokratis pertama Mesir.
Namun, setelah hanya satu tahun menjabat, dia digulingkan dan dijebloskan ke penjara dalam kudeta militer yang dipimpin oleh menteri pertahanan Mesir saat itu - dan presiden saat ini - Abdel Fattah al-Sisi.
Sesaat sebelum meninggal dunia, Morsi menghadapi sejumlah tuntutan hukum, yang menurut dia dan sejumlah kelompok HAM dan pengamat independen, bermotif politik.
Tak lama setelah kudeta itu, Ikhwanul Muslimin secara resmi ditetapkan sebagai "organisasi teroris" di Mesir.
Sebelumnya, Ikhwanul Muslimin meminta PBB untuk mendesak perawatan medis yang memadai bagi mantan presiden itu, karena kondisi kesehatannya diabaikan selama penahanan.
Laporan khusus Reuters pun menunjukkan bahwa sejak al-Sisi berkuasa, lebih dari 100 orang meninggal dunia karena kelalaian medis.