Komnas HAM Myanmar Serahkan Hasil Investigasi Kematian 7 Warga Rakhine

Bangun Santoso Suara.Com
Rabu, 12 Juni 2019 | 15:02 WIB
Komnas HAM Myanmar Serahkan Hasil Investigasi Kematian 7 Warga Rakhine
Sejumlah warga etnis Rohingya di Myanmar berada di Pelabuhan Kuala Idi Rayeuk, Aceh Timur, Aceh, Selasa (4/12). [ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komisi Hak Asasi Manusia Nasional Myanmar (MNHRC) menyerahkan temuan investigasi atas kematian tujuh warga desa Kyauktan, Kota Rathedaung, Rakhine saat berada dalam tahanan militer Myanmar pada 2 Mei, lansir The Irrawady pada Selasa (11/6/2019).

Hasil investigasi ini disampaikan langsung Komnas HAM Myanmar kepada Presiden Myanmar U Win Myint.

Selama tiga hari, Komnas HAM Myanmar bertemu dengan lebih dari 30 orang, termasuk delapan warga desa yang saat ini didakwa militer serta keluarga dan kerabat mereka.

Komnas HAM Myanmar juga bertemu dengan tujuh tentara dan dokter yang melakukan autopsi tubuh korban.

Baca Juga: Tentara Myanmar Tembak Mati 6 Orang di Rakhine

"Kami mengajukan rekomendasi kepada Presiden apa yang bisa dilakukan kelompok bersenjata untuk menghindari jatuhnya korban tewas dan terluka di masa mendatang," kata U Phone Kywe, anggota komisi seperti dilansir Kantor Berita Anadolu, Rabu (12/6/2019).

Komnas HAM Myanmar menolak untuk memberikan rincian rekomendasinya kepada presiden.

Anggota komisi U Yu Lwin Aung menyampaikan informasi ini bersifat rahasia karena menyangkut kepentingan nasional.

“Kami harus mengadakan pertemuan karena ini informasi berskala nasional,” kata U Yu Lwin Aung.

Anggota parlemen Rakhine U Tin Maung menyampaikan pemerintah telah menghindari tanggung jawab atas tewasnya tujuh warga Rakhine.

Baca Juga: Myanmar Bantah Ada Kuburan Massal Baru di Rakhine

Sementara Daw Khin Saw Wai, anggota parlemen Rakhine lainnya, menyatakan insiden di Kyauktan telah membuat penduduk panik.

Menurut Daw Khin, pikiran pertama penduduk desa penduduk ketika mereka melihat pasukan pemerintah harus melarikan diri.

“Kami menuntut agar insiden serupa tidak terjadi di masa depan. Kami menuntut agar investigasi dilakukan dan ada tindakan terhadap militer,” kata dia.

Kronologi kejadian

Pengungsi Rohingya di Kamp Pengungsian Kutupalong, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10).
Pengungsi Rohingya di Kamp Pengungsian Kutupalong, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10).

Pasukan Tatmadaw tiba di desa pada 30 April. Mereka memanggil semua penduduk laki-laki di atas usia 15 tahun kemudian menginterogasi 275 orang di sebuah sekolah setempat karena diduga memiliki hubungan dengan kelompok pemberontak Budha Arakan Army.

Pada tanggal 2 Mei, enam dari mereka ditembak mati. Militer mengatakan penembakan terjadi usai para tahanan berusaha merebut senjata dari para tentara.

Delapan lainnya terluka dan empat hilang, menurut siaran pers dari militer.

Ko Aung Lin Kyaw, salah satu dari delapan orang yang terluka, meninggal di rumah sakit pada 14 Mei, sehingga jumlah korban tewas menjadi tujuh orang.

Tahanan yang terluka mengatakan seorang pria, yang ketakutan oleh penahanan, melompati pagar dan melarikan diri.

Ketika tentara menembaki pelarian, lebih dari 200 tahanan berdiri untuk melihat apa yang terjadi.

Para prajurit kemudian mengepung kerumunan yang berdiri di kedua sisi dan mulai menembaki mereka.

Sebagai buntut dari insiden itu, militer Myanmar menolak masuknya anggota parlemen Rakhine ke desa tersebut untuk menyelidiki.

Dalam pernyataan awalnya pada 3 Mei, Komnas HAM Myanmar dinilai hanya mengulangi sebagian besar pernyataan dari sisi militer.

Dua puluh empat organisasi masyarakat sipil kemudian merilis pernyataan bersama yang mengecam pernyataan Komnas HAM Myanmar.

Mereka menuding mengatakan komisi mengeluarkan pernyataan tanpa melakukan penyelidikan di lapangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI