Tak hanya itu, dalam mobil tersebut, Kivlan memberikan Irfansyah dana operasional Rp 5 juta. “Beliau berkata lagi, kalau nanti ada yang bisa eksekusi, nanti saya jamin anak istri serta liburan ke mana pun.“
Setelah Irfansyah keluar mobil, Kivlan memerintahkan Eka untuk mengambil uang Rp 5 juta untuk diberikan kepadanya.
Keesokan hari, Irfansyah mengajak Yusuf ke lokasi yang ditunjukkan Kivlan Zen sekitar pukul 12.00 WIB. Di sana, Irfan meminjam ponsel Yusuf untuk memotret serta merekam video lokasi.
Irfansyah mengirimkan foto dan video alamat Yunarto kepada Armi yang dijawab, “Mantab“. Setelahnya, Irfansyah dan Yusuf pulang.
Baca Juga: Kronologi Kivlan Zein Suruh Pembunuh Bayaran Intai Yunarto Charta Politika
Selang sehari, Armi menghampiri Irfansyah di Pos Peruri untuk mempertanyakan senjata api yang sudah diberikan untuk mengeksekusi Yunarto.
Saat itulah Irfansyah mengakui senpi tersebut digadai. “Oh iya saya gadai bang, kan itu untuk menutupi kontrakan dan kebutuhan rumah tangga. Kan pelurunya ada sama abang dua yang saya titipkan waktu gadai di Bogor. 'Oh iya Armi aku lupa'. Setelah itu Armi pulang.”
Besoknya, Irfansyah dan Yusuf kembali melakukan pemantauan di lokasi yang diberikan Kivlan Zen. Irfansyah mengakui, Kivlan Zen menegaskan lokasi yang dipantau itu adalah rumah Yunarto Wijaya.
”Kami memotret dan membuat video. Seperti biasa, Yusuf kasih fotonya ke saya, dan saya teruskan ke Armi. Tapi Armi tak menjawab,” ungkapnya.
Karena tak mendapat jawaban dari Armi, Irfansyah berpikir tugasnya sudah selesai dan kembali ke Pos Peruri untuk bekerja. Uang operasional yang diberikan Kivlan Zen juga dibagi-baginya.
Baca Juga: Bos Charta Politika Yunarto Wijaya Mau Ditembak Mati, Tapi Sudah Memaafkan
”Ternyata tanggal 21 Mei pukul 20.00 WIB, saya ditangkap polisi berpakaian preman hingga sekarang ini,” tuturnya.