Alih Fungsi Rawa Untuk Perumahan Jadi Penyebab Banjir Samarinda

Chandra Iswinarno Suara.Com
Senin, 10 Juni 2019 | 14:43 WIB
Alih Fungsi Rawa Untuk Perumahan Jadi Penyebab Banjir Samarinda
Aliran Sungai Karang Mumus yang mengalir melalui Samarinda, Kalimantan TImur. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Adanya alih fungsi lahan dari kawasan rawa menjadi perumahan disinyalir menjadi faktor terjadinya banjir yang terjadi di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

"Hukum alam paling dasar adalah air selalu menempati kawasan paling rendah, jika kawasan rendah hilang, maka ia akan meluber liar yang kemudian menjadi banjir," ujar Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Misman dilansir dari Antara, Senin (10/6/2019).

Misman mengemukakan rawa menjadi tempat paling potensial sebagai wadah parkir air hujan sebelum dialirkan ke sungai secara perlahan.

Namun rawa tersebut makin lama makin habis karena dialihfungsikan, terutama untuk perumahan oleh pengembang dan untuk pemukiman pribadi secara tidak ramah lingkungan.

Baca Juga: Banjir Kepung Samarinda Sejak Lebaran, 2.327 Jiwa Terdampak

Lebih jauh, ia menjelaskan ketika hujan turun maupun sungai pasang, air tidak bisa lagi masuk ke areal rawa. Sehingga, air akan menempati ruangannya sendiri atau yang disebut daerah aliran sungai (DAS) meski rawa tersebut telah diuruk, karena dulunya lokasi itu adalah ruang sungai, bukan lahan masyarakat seperti sekarang.

Ia juga mengatakan ketika ada banjir, Sungai Karang Mumus (SKM) jangan dikambinghitamkan karena airnya meluap. Namun, ia menegaskan yang perlu disalahkan adalah oknum yang telah menguruk rawa .

Parahnya lagi, lanjut, Misman, sekarang pemerintah membuat taman di bantaran SKM dan taman tersebut disemen, sehingga hal ini tentu saja menghilangkan daerah resapan air. Semestinya taman yang dibuat harus ramah lingkungan.

"Kalau sudah begini, lantas apa yang dilakukan? Samarinda ini masih bisa kok diselamatkan dari bencana banjir yang lebih besar lagi. Banyak cara yang bisa dilakukan, jangan membangun hanya memasang slogan smart city, tapi nyatanya tidak ramah lingkungan," katanya.

Ia meminta agar jangan lagi memberi izin untuk mengalihfungsikan rawa, kawasan di sepanjang sungai dan riparian atau tumbuhan yang hidup dan berkembang di tepi-tepi sungai harus dijaga.

Baca Juga: Sawah di Indonesia Susut 9%, Pemerintah Siapkan Perpres LP2P

"Dalam empat tahun terakhir, GMSS-SKM masih berusaha membantu Samarinda untuk menghindarkan dari bencana yang lebih besar, diantaranya adalah dengan menanam pohon yang saat ini sudah tertanam sekitar 10.000 pohon khas sungai," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI