Menurutnya, sikap toleransi yang sangat tinggi yang ditunjukkan oleh warga setempat.
"Tidak membayangkan akan seguyub ini. Agak ragu ini sebelumnya. Waktu saya tinggal di daerah Jati Asih, warganya tidak sekompak ini," ucap Carolina.
Carolina menuturkan, ia memiliki program untuk anak-anak yakni Komunitas Anak Sabtu Ceria yang berisi dongeng.
Di acara tersebut, dirinya bersama rekannya membacakan dongeng yang berisikan atau bercerita soal keberagamaan, perbedaan kepada anak-anak baik muslim dan non muslim. Program tersebut diadakan di Aula Gereja ataupun Musala.
Baca Juga: Demi pemudik, Sopir Bus Pun Rela Tidak Berlebaran Bersama Keluarga
"Biasanya sebulan sekali diadakan di gereja dan kadang di aula musala," kata dia.
Di tempat yang lain, tokoh Muslim Ustadz Khairullah mengatakan tolerensi umat beragama sudah menjadi tradisi turun temurun warga setempat. Bahkan orangtua Khairullah sudah berpesan untuk tetap menjaga sikap toleransi di lingkungannya.
"Jaga kerukunan yang sudah lama. Saya sangat mendukung tradisi ini dan tetap harus dijaga kekompakan warga," ucap Khairullah.
Tak hanya itu, ia mengatakan kebersamaan antara warga non muslim dengan umat Islam di gang Eka Dharma juga terjalin saat ucapara bendera 17 Agustus yang sudah berlangsung sejak tahun 1980an.
Saat upacara bendera kata Khairullah, Ketua RT dalam pidatonya, mengajak warga untuk tetap saling menjaga kerukunan umat beragama yang sudah dibangun sejak lama.
Baca Juga: Lebaran Kemarin, Negara Ini Jadi yang Pertama Rayakan Idul Fitri
"Pada saat upacara bendera itu pun yang mengatakan bu RT mengajak warganya untuk menjaga kerukunan yang sudah lama dibina," kata Khairullah.