Pun Gus Nadir mengatakan bahwa dia menanggapi kicauan tersebut karena fokus terhadap politisasi ayat dan hadis.
"Saya tanggapi twit Anda karena konsern pada politisasi ayat dan hadits. Oke, Bro?" cuit Gus Nadir.
Menjawab tanggapan Gus Nadir, Dahnil Anzar mengatakan kritik terhadap kekuasaan merupakan hal standar dalam demokrasi. Pun demikian dalam nilai-nilai dakwah amar maruf nahi mungkar.
"Mas @na_dirs kekuasaan harus diingatkan dan dikritik itu hal standar dalam demokrasi pun dalam nilai-nilai Dakwah Amar Makruf Nahi Mungkar, kecuali oleh penjilat kekuasaan setiap kritik dimaknai kebencian," kicau Dahnil Anzar.
Baca Juga: Idul Fitri Muhammadiyah Jatuh 5 Juni, Pemerintah Sidang Isbat Petang Ini
Soal politisasi ayat, Dahnil Anzar berkicau menambahkan, "Mas @na_dirs itu pesan yang jamak dan biasa saja, bukan politisasi Bisyaroh, yang sayangnya tidak sama sekali Anda tanggapi sebagai politisasi agama."
Di cuitan berikutnya, dia melanjutkan, "Jangan kan kekuasaan yang diperoleh dengan 55 persen pemilih di tengah dugaan curang, yang diperoleh 100 persen dukungan saja harus dikritisi dan diawasi dan bagi umat Islam itu adalah Jihad, mengatakan yang benar kepada penguasa yang zalim."
Pun kicauan Dahnil Anzar tersebut hingga berita ini disusun tak lagi dibalas oleh Gus Nadir.