Kisah Kasih SBY dan Bu Ani, Cinta Pada Pandangan Pertama

Minggu, 02 Juni 2019 | 11:32 WIB
Kisah Kasih SBY dan Bu Ani, Cinta Pada Pandangan Pertama
Ani Yudhoyono didampingi suaminya Susilo Bambang Yudhoyono di Rumah Sakit Hospital, Singapura. [Instagram @aniyudhoyono]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Nampaknya, Papi benar-benar menyukai hubungan kami dan khawatir kepergian ke Seoul akan membuat hubunganku dengan SBY renggang."

Jarak yang semakin membentang membuat Ani didera rindu yang berat. Tanpa henti dia berdoa agar cinta SBY padanya tidak pernah luntur, dan dia berharap janji untuk menikahinya akan ditepati.

Rindu itu berbalas. Tapi, SBY tak cuma menyampaikannya pada Ani, ternyata dia juga menyurati calon mertuanya, menyampaikan kesiapannya untuk segera menikahi Ani.

Pada Juli 1976, Ani menikah dengan SBY. Pernikahan mereka unik karena berbarengan dengan dua saudarinya, Titiek dan Tuti.

Baca Juga: Mata Sembab SBY Lepas Kepergian Ani Yudhoyono: Ya Allah Kami Ikhlas

Pernikahan tiga pengantin itu idenya dicetuskan dari ayah Ani yang merasa tidak risih bila harus bolak-balik cuti kerja untuk menikahkan putri-putrinya. Lebih baik semua dilaksanakan berbarengan, efisien, dan irit.

Pernikahan tiga putrinya dengan para menantu yang merupakan perwira militer itu berlangsung di Bali Room, Hotel Indonesia sebagai ruang gedung yang paling ternama pada zaman itu.

Dengan mempertimbangkan tradisi budaya Jawa, ayah dan ibu Ani mempersiapkan tiga tumpeng sebagai penolak bala karena membuat pernikahan untuk tiga orang sekaligus.

Keunikan pernikahan Ani dan SBY tidak berhenti di situ. Jumlah tamu yang sangat banyak membuat Sarwo Edhie menyiasatinya dengan membuat standing party, konsep baru pada masa itu.

Mereka juga memberikan cenderamata pada tamu berupa kerajinan kuningan dari Seoul berbentuk asbak dengan hiasan rasi bintang di bagian pinggir dan gambar pengantin Jawa di bagian tengah.

Baca Juga: Chacha Frederica: Ibu Ani Yudhoyono Wanita Perekat Keluarga

Konsep itu terinspirasi dari pengalaman Sarwo Edhie di Seoul, sebuah budaya yang belum diterapkan di pernikahan-pernikahan Indonesia zaman dulu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI