Suara.com - 10 PTN Disebut Survei Terpapar Paham Radikalisme Berat.
Peneliti dari Institut Pertanian Bogor, Eko Cahyono mengungkapkan wacana keagamaan di lingkungan kampus IPB masih dikuasai oleh kelompok komunitas Islamis - Tarbiyah dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Eko mengatakan, secara umum wacana keagamaan di lingkungan kampus IPB masih ditemukan terjadinya ketimpangan dan cenderung intoleran.
Wacana keberagamaan di lingkungan kampus IPB pun menurut Eko, belum memberikan perhatian cukup bagi kelompok agama non-Islam dan kelompok yang berbeda. Selain itu, wacana keberagamaan di lingkungan kampus IPB itu justru dianggap hanya mewakili nilai-nilai keislaman dan hanya perlu dilanjut-kembangkan.
Baca Juga: Fahri Hamzah: Kecuranga Pemilu 2019 Bisa Tumbuhkan Benih Radikalisme
"Peta masalah priroitas wacana keagamaan di IPB meliputi; dominasi wacana keagamaan oleh kelompok
Komunitas Islam - Tarbiyah dan HTI. Intervensi politik kampus sebagai pintu dominasi wacana. Dan pengabaian hak
dasar kelompok agama lain (non-Islam). Kuatnya sikap eksklusifitas beragama akibat penguasaan politik kampus. Penguasaan simpul-simpul wacana dan organisasi keagamaan yang bersifat intoleran di kampus," tutur Eko dalam acara rilis survei Setara Institut bertajuk “Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa: Memetakan Ancaman atas Negara Pancasila di PTN", di Hotel Ibis, Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (31/5/2019).
Beberapa masalah utama yang muncul itu menurut Eko disebabkan adanya dominasi dan intervensi wacana keagamaan intoleran yang menguasai ruang publik kampus IPB. Misalanya, penguasaan simpul-simpul ruang wacana dan organisasi keagamaan di Masjid Al-Huriyyah IPB.
"Kuatnya sikap dan watak eksklusifitas beragama yang dianggap 'alamiah/wajar'," imbuhnya.
Kendati begitu, Eko mengatakan inisiatif, respon dan upaya perbaikan iklim keberagamaan di lingkungan kampus IPB telah dilakukan di beragam level. Terutama sejak dua tahun belakangan ini di era kepemimpinan Rektor Arif Satria.
"Di IPB, sejak 2017 agak berubah. Sebelumnya (gerakan keagaman eksklusif) masif sekali, bahkan kelompok-kelompok tersebut sempat mengharuskan IPB menjadi kampus berjilbab," ungkapnya.
Baca Juga: Atlet YM Ditangkap Diduga Teroris, Forki-KONI Rapat Cegah Radikalisme
Kekinian kata Eko, kebijakan rektorat IPB di bawah komando Arif sangat mendukung corak keagamaan yang moderat di IPB. Pihak kampus kekinian pun membuka akses yang lebih baik bagi kegiatan non Islam, membongkar sistem status quo kelompok dominan dari simpul-simpul strategis untuk wacana keagamaan, hingga ke pengaturan asrama
mahasiswa.
"Selain itu juga inisiatif mandiri dari kelembagaan dan organisasi agama yang berpandangan moderat Islam (NU, HMI, PMII, GMNI dll), serta komunitas-komuntas mahasiswa yang umumnya berbasis seni dan budaya yang cenderung menolak intervensi faham Islam intoleran dan radikal Islam," tutur Eko.
"Sekarang relatif secara politik mulai ada tandingannya. Karena simpul-simpulnya berubah, wacana tandingnya juga berubah. Dulu itu enggak pernah ada IPB bershalawat, sekarang ada. Ada acara kebudayaan. Seni musik dulu enggak ada, sekarang ada," imbuhnya.
Sebelumnya, Direktur Riset Setara Institute, Halili mengungkapkan, sebanyak 10 perguruan tinggi negeri di Indonesia terpapar paham radikalisme.
Hal itu diungkapkan Halili berdasar hasil penelitian bertajuk “Wacana dan Gerakan Keagamaan di Kalangan Mahasiswa: Memetakan Ancaman atas Negara Pancasila di PTN.”
Halili mengungkapkan, berdasar penelitian yang dilakukan oleh Setara Institut selama Februari sampai April 2019 terhadap 10 PTN di Indonesia, ditemukan masih banyak wacana dan gerakan keagamaan yang bersifat eksklusifitas.
Kesepuluh PTN yang terpapar radikalisme keagamaan itu ialah:
1. Universitas Indonesia
2. Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah
3. Institut Teknologi Bandung
4. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
5. Institut Pertanian Bogor
6. Universitas Gadjah Mada
7. Universitas Negeri Yogyakarta
8. Universitas Brawijaya
9. Universitas Airlangga
10. Universitas Mataram
Dosen Ilmu Politik Universitas Negeri Jakarta itu bahan menyebut IPB salah satu yang terpapar paham radikalisme terberat.
"Di berbagai kampus masih berkembang wacana dan gerakan keagamaan eksklusif yang tidak hanya digencarkan oleh satu kelompok keislaman tertentu, tapi oleh beberapa kelompok, yaitu gerakan Salafi-Wahabi, Tarbiyah dan Tahririyah," kata Halili.
"Paling berat ITB dan IPB," imbuhnya.