Suara.com - Umat Islam di Myanmar dilarang oleh pemerintah menyelenggarakan salat Tarawih selama bulan Ramadan 2019. Pelarangan itu setelah segerombolan nasionalis menggelar aksi di Dagon Selatan, pekan lalu.
Setelah adanya larangan tersebut, aktivis lintas agama Myanmar bergerak meluncurkan kampanye solidaritas terhadap umat Islam.
Para aktivis yang kebanyakan beragama Buddha terinspirasi oleh seorang biarawan yang memberikan mawar putih kepada umat Islam, Rabu (29/5) malam.
"Saya datang ke sini untuk menunjukkan solidaritas dan semangat kemanusiaan," kata U Seintita, kepala biara Buddha di Pyin Oo Lwin dekat Mandalay, seperti diberitakan Myanmar Now, Kamis (30/5/2019).
Baca Juga: Wirathu, Biksu Radikal Anti-Muslim Myanmar Terancam Penjara Seumur Hidup
"Saya ingin menunjukkan penghargaan kepada semua saudara Muslim kami, karena menunjukkan kesabaran," tambahnya.
Para aktivis Buddha menyerahkan mawar putih kepada umat Islam, setelah umat Muslim menyelesaikan salat di masjid kota Dagon.
”Kami menentang penidasan atas nama agama,” kata para aktivis.
Hal yang sama juga dilakukan umat Buddha di Sagaing, dekat Mandalay. Mereka menggelar aksi membagikan mawar putih di Masjid Myoma.
“Ini kampanye untuk menunjukkan kasih kami kepada saudara-saudara Muslim, setelah penutupan paksa tiga rumah ibadah di Yangon,” kata Ma Su Chit, warga setempat yang memimpin kampanye.
Baca Juga: Ungkap Bukti Baru, Amnesti Internasional: Militer Myanmar Langgar HAM
Dia dan rekan-rekan aktivisnya berencana membagikan lebih banyak mawar putih di kota-kota lain sepanjang Ramadan.
“Kami juga ingin melakukannya lagi di Yangon," kata Ma Su Chit.
Setelah membagikan bunga, para aktivis mengadakan diskusi panel tentang cara mencegah konflik agama dan hidup dalam harmoni.
Panelisnya adalah U Seintita, Thet Swe Win, yang memimpin kampanye mawar putih di Yangon; Zaw Win Aung, pendeta dari Mandalay; dan, Saung Lwin, ulama Islam.