Suara.com - Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zein hingga Kamis (30/5/2019) siang ini masih diperiksa di gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Hingga pukul 13.37 WIB, Kivlan masih dimintai keterangan terkait dugaan kepemilikan senjata api ilegal.
Kivlan Zein sendiri diperiksa sejak Rabu (29/5/2019) pukul 16.00 WIB. Siang ini, agenda terhadap Kivlan dilanjutkan untuk memenuhi unsur pemeriksaan.
"Jadwal siang ini dilanjut. Pemeriksaan untuk memenuhi unsur KUHP 24 jam. Untuk kemudian penyidik akan memutuskan status berikutnya," kata Kuasa Hukum Kivlan, Djuju Purwantoro di Polda Metro Jaya, Kamis (30/5/2019).
Djuju pun menampik jika kliennya memiliki senjata api. Hanya saja, ia menyerahkan kasus tersebut pada pihak kepolisian.
Baca Juga: Pengacara Akui Kivlan Zein Kenal Para Pengancam Pembunuhan 4 Tokoh Nasional
"Yang diketahui sesuai UU darurat tahun 1951 kan artinya, sampai saat ini, di BAP tidak ada bukti pak Kivlan memiliki, menguasai atau memakai senjata api satupun. Beliau tidak memiliki atau menguasai satupun," jelasnya.
"Ya kita liat nanti proses pemeriksaannya. Ya (penahanan) itu kewenangan dari penyidik tentunya. Dan kuasa hukum harus melakukan langkah-langkah pembelaan yang memang menjadi haknya tersangka," sambung Djuju.
Sebelumnya, Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zein ditetapkan sebagai tersangka kasus senjata api ilegal. Hal tersebut diungkapkan oleh kuasa hukum Kivlan Zen yakni Djuju Purwantoro.
"Bapak Kivlan Zen ini semenjak sekitar sore tadi sekitar jam 16.00 WIB dimulai pemeriksaanya oleh pihak penyidik yang diawali sebenarnya dengan penangkapan ya," kata Djuju kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Kamis (30/5/2019) dini hari.
Djuju menyebut, status kliennya naik sebagai tersangka sejak Rabu (29/5/2019) ketika diperiksa di Polda Metro Jaya. Meski demikian, hingga saat ini Djuju menampik jika Kivlan memiliki senjata api ilegal.
Baca Juga: Selain Makar, Kivlan Zein Terancam Kena UU Darurat soal Senpi Ilegal
Diketahui, Polri telah menetapkan enam orang tersangka kelompok pemilik senjata api yang ikut berniat menunggangi aksi 22 Mei yakni HK, HZ, IF, TJ, AD, AF alias Fifi. Mereka disebut mengincar 4 pejabat negara dan 1 pimpinan lembaga survei swasta.
HK diduga dibayar Rp 150 juta untuk mencari martir dan membeli senjata oleh seseorang yang belum diungkapkan kepolisian itu dianggap merupakan mastermind kelompok ini.