Selepas SMA, Ifdal belajar Bahasa Arab, Fiqh, dan Tafsir di Bayyinah Institute di Dallas, Texas. Ilmu memperkuat niatnya mempelajari Quran, sementara undangan menjadi imam terus mengalir.
Muhamad sejak kecil diarahkan orangtua untuk menghafal Quran. Setelah sempat masuk hifz school, sambil menjadi imam, ia kini melanjutkan sekolah untuk menyelesaikan SMA. Tetapi interaksi dengan Alquran bukan berarti selesai.
"Anda akan menghabiskan banyak waktu, menghafal dan meninjau, mungkin setidaknya satu jam, mungkin lebih dari itu, menyisihkan waktu dari hari Anda untuk meninjau Quran, menghafal Quran dan mempelajari artinya,” ujar Muhamad.
Berdasar pengalaman, kata Muhamad, untuk menghafal Alquran, kita harus meluangkan waktu untuk membaca, mengkaji, dan memahami makna ayat-ayat Alquran tersebut.
Baca Juga: Puasa 16 Jam, Begini Pengalaman Pertama Muslim Indonesia Ramadan di Amerika
Di sela rutinitas menjadi imam, mengajar mengaji dan menjaga hafalan Quran, Ifdal mengejar ilmu psikologi klinis di University of Texas at Arlington, Muhamad mengincar jurusan mechanical engineering, University of Maryland.
Ingin Dalami Islam di Makkah
Keduanya bertekad mengantongi sarjana di Amerika sebelum melanjutkan pendidikan ke-Islaman di Makkah atau Madinah. Setelah itu, barulah akan berpikir menjadi imam.
Jadi, “Ifdal bukan (belum jadi) imam sekarang. Tetapi ingin jadi imam,” katanya merendah.
Dengan rutinitas yang padat, kedua imam muda itu mengaku tetap punya waktu bersenang-senang, dan tetap ingin menjadi anak muda yang cool.
Baca Juga: Islamofobia Menjamur, Muslim Amerika Serikat Ramai-ramai Nyaleg
Ifdal mengisi Sabtu atau libur kuliah dengan jalan-jalan bersama keluarga atau teman, makan-makan atau menonton di bioskop. Ia juga mengikuti Game of Throne, dan film terakhir yang ditontonnya, “Avenger Endgame.”