Prabowo Minta Jadi Presiden ke MK, Budiman: Jangan Manjakan Anak, Tuips

Selasa, 28 Mei 2019 | 11:46 WIB
Prabowo Minta Jadi Presiden ke MK, Budiman: Jangan Manjakan Anak, Tuips
Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko. [Suara.com/Muhammad Yasir]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Berikut nasihat lain Budiman Sudjatmiko dalam kicauannya seperti dilansir SUARA.com:

"Wong orang dididik baik-baik sejak kecil aja bisa jadi jahat dan mengorbankan orang lain. Ingat dalam sejarah manusia lebih banyak orang mati untuk perkelahian di antara niat-niat baik daripada baik lawan jahat. Lebih banyak orang mati atas nama ide/niat baik daripada korban perampokan," cuit Budiman Sudjatmiko.

"Karena itu kemanusiaan harus dilatihkan juga. Niat baik tanpa perikemanusiaan akan melahirkan totaliterisme. Beda dengan otoriterisme yang semata-mata didorong haus kuasa, totaliterisme itu selalu merupakan hasil ide baik dalam politik yang dimutlakan. Ini mengancam kemanusiaan," kicau Budiman.

"Ajari anakmu ini: 'Kamu harus jadi orang baik, tapi jika kamu berbuat salah, wajar. Maafkan dirimu dan perbaiki diri. Jika nggak bisa, minta tolong orang lain. Juga jika temanmu berbuat salah. Bantu memperbaiki diri'. Penting untuk tahu kekuatan dan kelemahan diri dan berbagi," cuit Budiman Sudjatmiko.

Baca Juga: Usap Kepala, Momen Prabowo Subianto Jenguk Korban Kerusuhan 22 Mei

"Beritahu juga anakmu tentang tantangan-tantangan zamannya & ukuran-ukuran keberhasilannya. Ukuran sukses zamannya bukan berada di puncak piramida rantai makanan sosial (dalam kuasa uang, akademik, politik dan sebagainya), tapi berada di sentralitas titik temu arus-arus kehidupan yang berjejaring," kicaunya.

"Kenapa? Ada di puncak piramida sosial sebagai ukuran sukses itu berlaku pada masyarakat dengan sumber daya langka. Orang mau di puncak supaya dia tak kehabisan stok ilmu dan harta ke depan. Tapi sekarang ini era berkelimpahan. Problem zaman ini bukan menggali tapi bagaimana membagi!" cuit Budiman Sudjatmiko.

"Tapi jangan mengajari anakmu jadi lembek. Beritahu dia juga bahwa kebaikan dan kebenaran pun harus bisa membela dirinya dengan argumentasi. Lantas di mana toleransi harus ditumbuhkan pada temannya? Pada titik si teman tadi tak mampu melampaui batas kemanusiaannya untuk menjadi lebih baik," kicau Budiman.

"Ini juga berlaku untuk dirinya. Anak kita harus tahu batas kemanusiaan dirinya. Salah satunya lewat humor yang cerdas. Latih dia bagaimana di hadapan problem yang sudah sangat sulit dia atasi, dia punya selera humor yang sehat untuk menertawai diri sendiri," cuit Budiman.

"Harus kuakui, justru ini yang paling susah. Kebanyakan kita, jika gagal lebih suka mengasihani diri sendiri (dan parahnya: meminta orang lain mengasihani kita). Mengatasi keterbatasan jadi bahan menertawai diri butuh latihan keras. Guru yang cocok? Orang tuanya!" terangnya.

Baca Juga: Polisi Telisik Ucapan Eggi dan Lieus Terkait SPDP Makar Prabowo Subianto

"Saya sendiri melatih humor dengan dulu suka ndengerin kaset Warkop (kasetnya ya, bukan nonton film-filmnya yang seolah dari dunia yang berbeda nilai-nilainya dengan kasetnya), baca cerpen-cerpen Anton Chekov dan humor tokoh-tokoh dunia (juga Gus Dur). Humor yang cerdas adalah kecerdasan publik," cuit Budiman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI