Toko yang berada di pinggir jalan Wahid Hasyim dekat Pos Polisi Thamrin itu hancur. Pintu dan jendela toko sudah terbuka setelah sang pemilik toko, Usma datang untuk membuka tokonya.
"Nggak tahu nih, saya buka sudah begini. Semua rokok habis diambil," kata Usma di depan tokonya, Kamis (23/5/2019) pagi.
Usma mentaksir kerugian akibat rokonya dijarah mencapai Rp 6 juta. Selain itu, Tak hanya itu, satu warung kopi di Jalan Wahid Hasyim juga menjadi sasaran penjarahan massa perusuh.
Senasib dengan Usma, satu warung kopi di Jalan Wahid Hasyim juga dijarah warga. Warung milik Rajab yang menutup warungnya pada Rabu (22/5/2019) pukul 22.00 WIB karena ingin beristirahat di rumah menerima kabar warung kopinya dijarah. Betapa kagetnya Rajab, tak ada barang dagangan tersisa di warung kopinya.
Baca Juga: Hingga Kamis Malam, RSCM Belum Terima Korban Tambahan Korban Aksi 22 Mei
"Soalnya saya udah lelah saya pulang, udah nggak kuat. Kita kan dari tanggal 21 di sini, nggak pulang-pulang. Tanggal 22 udah lelah ya kita pulanglah ya," kata Rajab saat ditemui di warung kopinya, Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Kamis (23/5/2019).
Rajab rela dan pasrah barang dagangannya dijarah habis oleh massa perusuh. Hematnya, barang dagangan tersebut belum jadi rezekinya.
Meruginya Kawasan Pusat Perekonomian Hingga Triliunan Rupiah
Direktur Utama Sarinah Gusti Ngurah Putu Sugiarta Yasa mengungkapkan meski situasi sudah berangsur pulih, manajemen masih memerlukan waktu untuk membersihkan sampah dan sisa -sisa demonstrasi yang dilakukan sejak Selasa (21/5/2019) malam. Selain itu, sejumlah akses jalan juga masih ditutup oleh pihak keamanan.
Terkait kerugian, Sugiarta belum menghitungnya. Namun, selama ditutup kemarin, departement store Sarinah kehilangan potensi omzet harian yang rata-rata normalnya mencapai Rp500 juta. Bahkan, di bulan Ramadan, omzet harian Sarinah sempat mencapai dua kali lipat dari normalnya.
Baca Juga: Ombudsman Puji Langkah Pemerintah Batasi Akses Medsos saat Aksi 22 Mei
Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta memperkirakan kerugian akibat terhentinya aktivitas perekonomian karena aksi 22 Mei mencapai Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun. Aksi tersebut telah berdampak banyak pada aktivitas bisnis dan perdagangan.