Memoar Aktivis 98 yang Diculik (1): Senyum Terakhir Bima di Halte Trisakti

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 22 Mei 2019 | 07:55 WIB
Memoar Aktivis 98 yang Diculik (1): Senyum Terakhir Bima di Halte Trisakti
[Suara.com/Ema Rohimah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Aku musti jalan. Kamu hati-hati ya.."

Bima menjabat tanganku. Erat sekali. Rasanya, itu jabat tangan paling erat yang pernah kurasa. Tanpa kata-kata, kami tahu, kami saling menyemangati. Bahwa perjuangan ini akan menang. Bahwa Soeharto tak lama lagi tumbang. Kami berpisah.

Berhari-hari kemudian, tak lagi ada pager dari Bima. Biasanya, dia mengirim pesan via pager untuk mengatur pertemuan selanjutnya.

Hingga ketika terdengar kabar, Bima hilang. Diculik !! Bersama kawan-kawan yang lain. Hilang, dan tak pernah kembali.

Baca Juga: 'Bis Kota', Melawan Kopi Saset dari Utara Jakarta

Kini, 21 tahun kemudian, bahkan hingga ibunda tercintanya berpulang, dalam lelah menunggu kabar, Bima tak kunjung kembali.

Hari ini, aku mengenang jabat tangan dan cengar-cengirmu. Dua puluh satu tahun. Kalau kita masih bertemu, kita sama-sama tua dan beruban ya, Bim. Tapi kau masih Bima yang dulu. Hangat, baik hati.

Bima, aku masih sering kangen kamu. Kawan juang yang tiada banding. Semoga kau bahagia, Bim, di mana pun kau berada!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI