Suara.com - Berbuka puasa di tempat makan atau restoran tidak selalu menjadi pilihan utama para milenial di Jakarta. Seperti yang dilakukan oleh Adam Nurilman Dwikadartomo (24) dan teman-temannya yang memilih menggelar acara buka puasa bersama di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Cahaya Bathin.
PSBN adalah panti sosial yang dibuat khusus untuk penyandang tunanetra dan tunarungu. Adam mengaku sudah rutin menggelar acara buka puasa bersama di panti tersebut sejak tahun 2017.
Tahun ini, Adam dan rekannya kembali mengadakan buka bersama hari Sabtu (18/5/2019). Kali ini suara.com mengikuti rangakaian kegiatannya.
Jelang acara yang akan dimulai pukul 16.00 WIB, Adam bersama temannya dan para pendamping dari PSBN mulai mengajak para tunanetra dan tunarungu, yang kebanyakan masih anak-anak ini, untuk menuju ke aula tempat diadakannya acara. Para tunanetra khususnya, mereka berjalan sambil dituntun. Pun ada juga tunanetra yang berjalan sendiri karena panti ini juga memiki guiding block atau lantai penunjuk jalan.
Baca Juga: Starbucks Luncurkan Gerai Khusus Tunarungu
Acara dimulai dengan agenda mewarnai bersama. Adam yang juga berperan sebagai pembawa acara mengajak para penghuni PSBN untuk duduk berjejer di depan kain panjang sebagai kanvas untuk digambar. Para tunanetra dan tunarungu dibantu oleh Adam dan teman-temannya.
Untuk tunanetra, karena bisa mendengar, mereka langsung paham apa yang harus dilakukan. Jadi mereka dibantuk untuk dipilihkan krayon dan spidol untuk mewarnai kain tersebut. Untuk tunarungu, mereka harus diberitahukan lebih lanjut dengan menggunakan bahasa isyarat. Karena tidak banyak yang bisa berbahasa isyarat, mereka diberitahukan lewat aba-aba atau kode untuk mengikuti acara menggambar bersama.
Anak-anak yang diminta menggambar ini kebanyakan terlihat senang. Namun masih ada beberapa yang bingung harus menggambar apa dan malu-malu. Di sini tugas Adam dan rekannya untuk menjalin komunikasi kepada anak-anak untuk mau menggambar. Mereka dibantu mulai dari diarahkan menggambarnya, dipilihkan krayon dan diberikan contoh-contoh gambar lewat HP sambil bersenda gurau bersama Adam dan teman-temannya.
Hasilnya dua kain panjang dipenuhi dengan coretan gambar para tunarungu dan tunanetra. Setelah menggambar, acara selanjutnya bermain games menggunakan bola, sarung dan karung. Peserta diminta untuk memasukan bola kedalam karung sambil dililit kain sarung. Permainan kedua ini berlangsung singkat karena berdekatan dengan Azan Maghrib, waktu berbuka.
Akhirnya, Adam dan temannya beserta para penghuni PSBN berbuka puasa bersama dengan takjil, lalu dilanjutkan dengan Salat, makan nasi, dan Salat Isya. Anak-anak terlihat senang dikunjungi Adam dan teman-temannya. Bahkan, ada salah satu anak tunarungu yang sampai menangis tak rela saat ditinggal salah satu teman Adam.
Baca Juga: Sering Ditolak Kerja, Tunarungu Ini Bikin Kedai Kopi Tuli
Adam mengaku memilih untuk mengadakan buka bersama di PSBN itu karena ingin berempati kepada tunanetra dan tunarungu. Ia mengaku tidak bisa membayangkan para tunanetra dan tunarungu ini menjalankan kesehariannya.
Menurut Adam, setelah menghabiskan waktu bersama penghuni panti itu, ia melihat banyak kelebihan yang dimiliki anak-anak tersebut meskipun dengan kondisi kekurangan.
“Kalau kita mencoba berempati, mereka juga bahagia dengan caranya sendiri, bahkan punya banyak imajinasi dan pemikiran yang kita tidak bayangkan sebelumnya. Adanya interaksi yg inklusif membuat kita belajar menjembatani perbedaan, dan belajar dari satu sama lain,” ujar Adam di PSBN Cahaya Bathin, Sabtu (18/5/2019).
Menurut Adam tantangannya dalam acara ini adalah saat berkomunikasi dengan tunanetra atau tunarungu. Misalnya, saat mengajak tunanetra untuk menggambar yang notabene tidak pernah melihat warna, gambar. Namun ia mengaku juga belajar dari tantangan tersebut.
“Tapi justru itu membuat kita banyak belajar, dan mampu mengapresiasi betapa hebatnya mereka dalam kemampuan berkomunikasi diluar cara-cara yang normal. Ini juga jadi bagian yang seru,” jelas Adam.
Menurut staf pembinaan PSBN, Wasiya, anak-anak dari panti tersebut sangat menantikan kehadiran orang-orang yang mau menggelar acara di panti tersebut. Anak-anak tunanetra dan tuna rungu juga disebut Wasiya merasa lebih dihargai oleh orang lain meskipun memiliki kekurangan khususnya dalam hal fisik.
"Lebih senang, namanya anak panti gimana sih, merasa diorangkan, ada yang ngunjungin. Dengan ada yang berkunjung, ngasih sersuatu, itu sangat diharapkan. Kan biasanya cuma agenda sehari-hari saja. Kalo ada yg datang, ada games, acara, itu sangat diharapkan mereka,” pungkas Wasiya.