Suara.com - Koordinator Relawan Tim Informasi dan Teknologi (IT) BPN Prabowo - Sandiaga, Mustofa Nahrawardaya menyebut ada kejanggalan ihwal ditangkapnya terduga teroris yang disebut pihak kepolisian ingin melakukan penyerangan, jika ada aksi massa pada 22 Mei 2019.
Melalui akun Twitter pribadi miliknya @AkunTofa, Mustofa berpendapat teroris ikut tidak netral lantaran menjadikan aksi massa 22 Mei sebagai target penyerangan mereka. Padahal, lanjut dia, aksi massa tersebut merupakan gerakan damai dari masyarakat yang ingin menyampaikan pendapat.
"Terorisnya jelas enggak netral. Ini nyata berpihak. Aksi 22 Mei kan hanya penyampaian pendapat yang dilindungi UU Nomor 9 Tahun 1998. Mosok diserang," cuit Mustofa seperti dikutip Suara.com, Jumat (17/5/2019)
Mustofa bahkan menayakan soal bahan peledak yang didapat teroris tersebut, sehingga disebut ingin membuat kegaduhan pada saat KPU RI mengumumkan pemenag Pemilu 2019.
Baca Juga: Indikasi Teroris Saat Pengumuman Pemilu, KPU: Hidup Mati Urusan Tuhan
"Dapat amunisi darimana sih kalian?," katanya.
Sebelumnya, Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan kelompok teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap di Bekasi beberapa waktu lalu, merupakan sebuah kelompok yang terstruktur dengan tujuan menyerang aparat kepolisian yang sedang bertugas mengamankan jalannya Pemilu 2019.
Dedi mengatakan, kelompok teroris itu juga berencana menunggangi gerakan massa terkait Pemilu 2019 semisal people power untuk melancarkan serangan. Bahkan, lanjut Dedi, tidak menutup kemungkinan aksi teror juga dilakukan pada saat KPU mengumumkan hasil akhir rekapitulasi suara tanggal 22 Mei 2019.
"Apabila ada kejadian semacam people power itu sebagai sarana bagi kelompok itu untuk langsung melaksanakan aksi terorismenya, aksi serangannya dan ini berbahaya," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (6/5/2019).
Selain itu, para teroris juga menunggu momentum adanya unjuk rasa di ibu kota yang berpotensi ricuh guna melaksanakan aksi teror hingga meledakan bom bunuh diri. Serangan tersebut, menurut Dedi, sengaja dilakukan untuk memicu kelompok lainnya melancarkan serangan serupa.
Baca Juga: Andi Arief Perang Twit karena Disebut Akun Kivlan46 Marxis dan Otak Teroris
"Ketika di Jakarta ini ada unjuk rasa dan unjuk rasa ini mengarah pada tindakan anarkis dan chaos, nah ini merupakan momentum bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangan aksi bom bunuh diri atau melakukan aksi terorisme," kata Dedi.