Merespons Dipanggil Sugeng, 5 Fakta Penangkapan Pelaku Mutilasi di Malang

Jum'at, 17 Mei 2019 | 08:45 WIB
Merespons Dipanggil Sugeng, 5 Fakta Penangkapan Pelaku Mutilasi di Malang
Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan Kota Malang Muhammad Luthfi menunjukkan tempat Sugeng biasa tidur, Kamis (16/5/2019). [Suara.com/Aziz Ramadani]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Misteri kasus mutilasi wanita tanpa identitas di bekas bangunan Matahari Departement Store, Kompleks Pasar Besar Malang menemui titik terang. Pelaku pemutilasi yang diketahui bernama Sugeng (49) berhasil diamankan pada Rabu (15/5/2019) sore.

Nama pelaku sama persis dengan tato yang tertulis di telapak kaki korban. Saat diamankan, pelaku mengakui telah memotong tubuh korban, namun aksinya dilakukan setelah korban meninggal karena sakit.

Berikut Suara.com merangkum sederetan fakta penangkapan pelaku mutilasi.

1. Penelusuran anjing pelacak

Baca Juga: Puncak Arus Mudik 31 Mei dan Balik Lebaran 9 Juni 2019

Dikerahkannya anjing pelacak atau K dalam penelusuran pelaku mutilasi membuka tabir misteri kasus yang menggemparkan warga Malang, Jawa Timur itu. Anjing bernama Sera berhasil melacak jejak pelaku yang keluar melalui pintu belakang Pasar Besar Malang atau ke arah selatan.

Polisi melakukan olah TKP lanjutan di lantai II kompleks Pasar Besar Malang, Rabu (15/5/2019). [Suara.com/Aziz Ramadani]
Polisi melakukan olah TKP lanjutan di lantai II kompleks Pasar Besar Malang, Rabu (15/5/2019). [Suara.com/Aziz Ramadani]

Sera lantas masuk ke arah Gang V melewati pemukiman warga. Dan berhenti di Jalan Martadinata dekat Bank BRI. Total jarak yang ditempuh sekitar 500 meter dari TKP.

"Sampai di situ sudah tidak bisa dilacak lagi. Anjingnya sudah kebingungan. Mau menyebrang lagi ke arah Timur," ujar Kanit Polisi Satwa Polres Malang Kota Aiptu Imam Muhson Ridho

2. Menyaut saat dipanggil nama

Saat berada di lokasi tempat anjing pelacak berhenti, ada seorang pria yang sedang tidur. Salah satu petugas kepolisian berteriak menyebut nama Sugeng dan ternyata pria tersebut meresponnya.

Baca Juga: Belum Berizin, Alumni Aktivis 98 Tetap Mau Aksi Nginap di Gedung KPU

"Orang yang tiduran itu dipanggil dengan nama Sugeng ternyata dia menjawab (merespon balik)," Kapolres Malang Kota AKBP Asfuri.

Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan Kota Malang Muhammad Luthfi menunjukkan tempat Sugeng biasa tidur, Kamis (16/5/2019). [Suara.com/Aziz Ramadani]
Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan Kota Malang Muhammad Luthfi menunjukkan tempat Sugeng biasa tidur, Kamis (16/5/2019). [Suara.com/Aziz Ramadani]

Nama Sugeng diakuinya menjadi kunci pemburuan pelaku mutilasi. Ini merujuk pada bukti tato di telapak kaki korban bertuliskan Sugeng. Sugeng pun mengakui telah memotong jasad korban.

3. Pelaku baru kenal korban

Diakui oleh Sugeng, ia baru mengenal korban sekitar 9 hari terakhir. Ia bertemu dengan korban pertama kali di Klenteng Eng An Kiong di Jalan Laksamana Martadinata, Kota Malang. Korban yang dalam kondisi sakit itu oun dibawa menuju ke Pasar baru Malang, setibanya disana pukul 17.00 WIB korban meninggal dunia.

Barang bukti kasus mutilasi di Pasar Besar Malang, Jawa Timur. [Suara.com/Aziz Ramadani]
Barang bukti kasus mutilasi di Pasar Besar Malang, Jawa Timur. [Suara.com/Aziz Ramadani]

"Bertemu di depan klenteng (Eng An Kiong), korban mengaku sakit dan berasal dari Maluku. Kemudian dibawa ke Pasar Besar, karena Sugeng biasa kesana untuk tinggal sementara. Sore harinya, korban meninggal," ungkap Asfuri.

4. Tato di Kaki dari Alat Sol

Tato di kaki korban memang sengaja dibuat oleh pelaku dengan menggunakan alat seperti sol sepatu. Namun, aksinya tersebut dilakukan setelah korban meninggal dunia.

Tulisan di dinding dekat lokasi temuan potongan tubuh wanita. (istimewa).
Tulisan di dinding dekat lokasi temuan potongan tubuh wanita. (istimewa).

Menurut pengakuan Sugeng, tato tersebut dibuat berdasarkan permintaan korban yang belum diketahui identitasnya itu. Pada telapak kaki korban bertuliskan Sugeng (kaki kiri) dan Wahyu yang ku terima dari gereja comboran (kaki kanan).

"Tato itu dilakukan setelah korban meninggal dengan menggunakan alat seperti sol sepatu. Kemudian ditambahi, (tinta) bolpoin," papar Asfuri.

5. Dapat Bisikan Gaib

Sugeng mengakui aksi mutilasi yang dilakukan terhadap korban merupakan permintaan dari korban sebelum meninggal. Selain itu, pelaku juga mengaku mendapatkan bisikan gaib untuk memutilasi korban.

Proses pemotongan tubuh korban menjadi 10 bagian pun dilakukan 3 hari setelah korban meninggal. Pengakuan tersebut masih didalami oleh kepolisian.

Sketsa Korban Mutilasi di Pasar Besar Kota Malang, Jawa Timur. [Dokumentasi Polisi]
Sketsa Korban Mutilasi di Pasar Besar Kota Malang, Jawa Timur. [Dokumentasi Polisi]

"Pelaku memutilasi karena pesan dari korban. Setelah meninggal minta dimutilasi. Keterangan yang bersangkutan juga ada bisikan-bisikan (gaib). Kami juga masih menunggu hasil autopsi dan labfor," tutur Asfuri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI