Kisah Prabowo di Gang Sempit dalam Sepucuk Surat Adisti Hasanah

Rabu, 15 Mei 2019 | 10:24 WIB
Kisah Prabowo di Gang Sempit dalam Sepucuk Surat Adisti Hasanah
Prabowo Subianto saat kampanye di Karawang. (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Adisti Hasanah, mengaku jadi saksi pembelaan yang dilakukan Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam melindungi umat Islam. Bahkan, Adisti mendengar pengorbanan Prabowo melindungi umat Islam pada 1998 silam.

Adisti menceritakan kisah tersebut dengan menulis sepucuk surat yang diunggah ke dalam akun Instagramnya @adistihasanah pada Selasa (14/5/2019). Mulanya ia bercerita saat Prabowo mengunjungi rumah kakeknya di gang sempit di bilangan Cipete sebelum kerusuhan 1998 terjadi.

Saat itu, Adisti mendengar sumpah Prabowo yang tidak rela melihat umat Islam di Indonesia malah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di negerinya sendiri.

"Suatu malam, sebelum kerusuhan tahun 1998 pecah, seorang jenderal datang ke sebuah rumah di gang sempit di bilangan Cipete. Tak lama, Sang Jenderal pun berbincang dengan sang pemiliki rumah, Alm. Hartono Mardjong atau yang biasa saya panggil Mbah Kakung atau Mbah Ton," kata Adisti dalam sepucuk suratnya.

Baca Juga: Jokowi Unggul di 14 Provinsi, Prabowo Tertinggal 14,4 Juta Suara

"Banyak hal yang mereka bicarakan. Akan tetapi, ada satu kalimat yang begitu menarik dan menyentuh yang diucapkan oleh Sang Jenderal, "Demi Allah, Pak Hartono, saya tidak rela melihat rakyat, apalagi umat Islam yang mayoritas ditindas dan dizalimi di negerinya sendiri!"," sambungnya.

Kenangan itu langsung mengingatkan Adisti pada sosok Ketua Umum Partai Gerindra yang selalu diragukan keislamannya. Padahal menurutnya, sosok mantan Danjen Kopassus tersebut telah memberikan seluruh tenaganya hanya untuk melindungi rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

"Betapa tulusnya hatimu, wahai Jenderal! Bertahun-tahun kau difitnah, keislamanmu pun diragukan bahkan oleh sebagian rakyat, padahal sejak lama kau wakafkan dirimu untuk kebaikan kami. Bahkan, tak sedikitpun terlintas dibenakmu untuk melawan rakyatmu sendiri. Kau hanya terus berusaha berbuat baik untuk kami," ujarnya.

Ia menerangkan, saat itu Prabowo kembali lagi ke kediaman Mbah Ton setelah kerusuhan 1998 terjadi. Saat itu Prabowo mengatakan bahwa dirinya telah difitnah.

Prabowo, kata Adisti, dituduh telah mengerahkan pasukannya Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang dinamai Tim Mawar untuk menculik para aktivis prodemokrasi. Saat itu ia menjadi pimpinannya. Ia pun dipecat pada 21 Agustus 1998 karena dinilai telah melanggar etika prajurit.

Baca Juga: Prabowo Tolak Hasil Penghitungan Pemilu 2019, KPU: Enggak Masalah

"Bahkan setelah kerusuhan tahun 1998 pecah, dengan raut wajah sedih, kau katakan kepada Mbah Ton, "Demi Allah, Pak Hartono saya difitnah dengan fitnah yang kejam!" Dan lagi-lagi, kau korbankan dirimu demi bangsa dan negara," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI