Tragedi Mei 1998: Isu SARA, Kerusuhan Massal sampai Penembakan Mahasiswa

Senin, 13 Mei 2019 | 11:18 WIB
Tragedi Mei 1998: Isu SARA, Kerusuhan Massal sampai Penembakan Mahasiswa
Peringatan 17 Tahun Tragedi 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta, Selasa (12/5).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Publik Indonesia memperingati tragedi Mei 1998, di mana pintu masuk Indonesia ke era reformasi dari era orde baru pimpinan Presiden Kedua RI Soeharto. Peristiwa itu menelan korban jiwa dan terjadi kerusuhan massal.

Hari ini juga, para keluarga korban kerusuhan 1998 akan memperingati 21 tahun Tragedi Mei yang terjadi pada 13-19 Mei 1998 silam. Mereka tabur bunga di TPU Pondok Rangon.

Tabur bunga itu akan dilakukan sejumlah LSM dan lembaga negara seperti Amnesty international Indonesia, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Ikatan keluarga Korban Orang Hilang (IKOHI), KontraS, dan Paguyuban Mei’98.

Dalam surel undangan tabur bunga itu, mereka juga akan mengunjungi Mall Klender (Mall Citra Klender) yang menjadi salah satu tempat kerusuhan 1998. Acara dilakukan sejak pukul 07.00 WIB sampai selesai.

Baca Juga: Prabowo Diam-diam Ungkap Peristiwa Mei 1998 ke Amien Rais

Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 menemukan setidaknya 1.217 orang tewas, 31 orang hilang, ribuan aset dan properti dibakar, dirusak dan dijarah. TGPF menemukan setidaknya 88 lokasi termasuk di Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bandung, Solo, Klaten, Boyolali, Surabaya, Medan, Deli Simalungun, Palembang, dan Padang.

Tempat-tempat itu terjadi rangkaian tindak kekerasan sistematik dan meluas terjadi. Komnas Perempuan turut menemukan fakta adanya perkosaan masif secara berkelompok kepada perempuan etnis China Indonesia selama periode kerusuhan di berbagai kota.

"Upaya mengingat tetap harus dilakukan, guna mendesak pertanggungjawaban negara untuk memberikan keadilan dan juga pemulihan kepada korban dan keluarga korban yang hingga kini masih menunggu jawaban negara. Mari hadiri orasi, tabur bunga, dan doa bersama untuk 21 tahun Tragedi Mei 1998," tulis Haeril Halim, Communications Desk, Amnesty International Indonesia.

Isu SARA

Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Hal inipun mengakibatkan penurunan jabatan PresidenSoeharto, serta pelantikan B. J. Habibie.

Baca Juga: Ita F Nadia: Pemerkosaan Massal Mei 1998 Bukan Omong Kosong

Dikutip dari berbagai sumber, kerusuhan ini banyak toko dan perusahaan dihancurkan oleh amuk massa, terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Medan dan Surakarta.

Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia.

Tragedi Trisakti

Ini adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta,Indonesia serta puluhan lainnya luka.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977 - 1998), Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998). Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada. Peristiwa penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti ini juga digambarkan dengan detail dan akurat oleh seorang penulis sastra dan jurnalis, Anggie Dwi Widowati dalam karyanya berjudul Langit Merah Jakarta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI