Suara.com - Publik Indonesia memperingati tragedi Mei 1998, di mana pintu masuk Indonesia ke era reformasi dari era orde baru pimpinan Presiden Kedua RI Soeharto. Peristiwa itu menelan korban jiwa dan terjadi kerusuhan massal.
Hari ini juga, para keluarga korban kerusuhan 1998 akan memperingati 21 tahun Tragedi Mei yang terjadi pada 13-19 Mei 1998 silam. Mereka tabur bunga di TPU Pondok Rangon.
Tabur bunga itu akan dilakukan sejumlah LSM dan lembaga negara seperti Amnesty international Indonesia, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Ikatan keluarga Korban Orang Hilang (IKOHI), KontraS, dan Paguyuban Mei’98.
Dalam surel undangan tabur bunga itu, mereka juga akan mengunjungi Mall Klender (Mall Citra Klender) yang menjadi salah satu tempat kerusuhan 1998. Acara dilakukan sejak pukul 07.00 WIB sampai selesai.
Baca Juga: Prabowo Diam-diam Ungkap Peristiwa Mei 1998 ke Amien Rais
Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 menemukan setidaknya 1.217 orang tewas, 31 orang hilang, ribuan aset dan properti dibakar, dirusak dan dijarah. TGPF menemukan setidaknya 88 lokasi termasuk di Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bandung, Solo, Klaten, Boyolali, Surabaya, Medan, Deli Simalungun, Palembang, dan Padang.
Tempat-tempat itu terjadi rangkaian tindak kekerasan sistematik dan meluas terjadi. Komnas Perempuan turut menemukan fakta adanya perkosaan masif secara berkelompok kepada perempuan etnis China Indonesia selama periode kerusuhan di berbagai kota.
"Upaya mengingat tetap harus dilakukan, guna mendesak pertanggungjawaban negara untuk memberikan keadilan dan juga pemulihan kepada korban dan keluarga korban yang hingga kini masih menunggu jawaban negara. Mari hadiri orasi, tabur bunga, dan doa bersama untuk 21 tahun Tragedi Mei 1998," tulis Haeril Halim, Communications Desk, Amnesty International Indonesia.
Isu SARA
Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Hal inipun mengakibatkan penurunan jabatan PresidenSoeharto, serta pelantikan B. J. Habibie.
Baca Juga: Ita F Nadia: Pemerkosaan Massal Mei 1998 Bukan Omong Kosong
Dikutip dari berbagai sumber, kerusuhan ini banyak toko dan perusahaan dihancurkan oleh amuk massa, terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Medan dan Surakarta.