Mengintip Kotak Amal di Makam Gus Dur dan Berkah Pedagang di Tebuireng

Minggu, 12 Mei 2019 | 11:43 WIB
Mengintip Kotak Amal di Makam Gus Dur dan Berkah Pedagang di Tebuireng
Sejumlah peziarah makam Gus Dur di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada Minggu (9/5/2019) pagi. (Sasmito Madrim)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tak banyak yang tahu di balik sakralnya kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur dan makam Gus Dur di sana. Gus Dur adalah Abdurrahman Wahid, mantan presiden Indonesia di awal reformasi.

Makam Gus Dur terus didatangi warga dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, jelang Ramadan 2019 ini, ribuan orang memadati makam presiden Indonesia keempat ini untuk berziarah. Hal itu memberikan pemasukan sendiri untuk kotak amal makam Gus Dur, selain itu untuk para pedagang di sekitar makam.

Makam yang menjadi tempat wisata religi ini telah membawa dampak positif bagi ekonomi masyarakat, khususnya warga Jombang dan sekitarnya. Sekretaris Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LPST), Lutfiyah mengatakan pemasukan dari sumbangan para peziarah melalui kotak amal, mencapai ratusan juta setiap bulannya. Sumbangan tersebut kemudian dikelola untuk disalurkan kepada masyarakat melalui program-program sosial.

"Untuk perolehan yang besar dari kotak amal makam Gus Dur. Dan perolehannya tiap bulan naik turun. Untuk bulan April lebih dari Rp 200 juta. Untuk Januari Rp268 juta dan Maret hampir Rp 200 juta rupiah," tutur Lutfiyah kepada VOA di Jombang, Minggu (9/5/2019).

Baca Juga: Dipuji Selangit, Hotman Paris Posting Video Nyekar di Makam Gus Dur

Lutfiyah menambahkan program sosial LPST meliputi bidang pendidikan, kesehatan, kemanusiaan dan ekonomi. Semisal pemberian beasiswa, pendirian griya sehat, bantuan untuk korban bencana dan pendampingan ekonomi dalam penciptaan lapangan kerja baru.

"Pendidikan dan dakwah itu meliputi banyak program juga. Pendidikan bantuan untuk yatim piatu, siswa tidak mampu, pembangunan masjid atau mushola, Griya Dakwah yang saat ini programnya di Lamongan. Memang dikhususkan untuk wilayah sedikit tertinggal," imbuhnya.

Selain memberi dampak bagi naiknya jumlah sumbangan, keberadaan wisata religi ke makam Gus Dur juga membuat ekonomi di kawasan tersebut berdenyut. Pedagang kaki lima mulai bermunculan semenjak makam Gus Dur ramai dikunjungi orang pada 2009. Omset para pedagang cukup tinggi mulai dari Rp 50 jutaan hingga Rp 100 juta per bulannya.

Salah satu yang memiliki omset tinggi tersebut yaitu toko buku "bookstore" yang berada di lorong panjang menuju makam. Penjaga toko, Dina Andriyani menuturkan, omset penjualan bisa mencapai 5 juta per hari saat peziarah sedang ramai.

"Biasanya buku-buku tentang NU dan Gus Dur. Kalau tentang Gus Dur rata-rata tentang biografi, pemikiran dan kiprah di politik itu banyak yang minat juga . Tapi yang paling banyak diminati itu terjemahan kitab-kitab kuning," kata Dina.

Baca Juga: Bersimpuh di Makam Gus Dur, Al Doakan Dhani Biar Diberikan Kekuatan

Dina menjelaskan toko bukunya juga menjual kaos produksi santri Tebuireng dengan pembagian keuntungan secara persentase. Harga kaosnya beragam mulai dari Rp 85 ribu hingga Rp 100 ribu. Cara ini diharapkan dapat membuat santri-santri menjadi mandiri secara ekonomi. Sepanjang pengamatan Dina, peziarah makam Gus Dur datang dari berbagai wilayah Indonesia dan luar negeri seperti Malaysia dan Belanda.

Implementasi Pemikiran Gus Dur

Kordinator GUSDURian Jombang, Aan Anshori menilai implementasi pemikiran-pemikiran Gus Dur tentang Islam moderat di Indonesia masih kurang. Karena itu, kata dia, jaringan GUSDURian di Jawa Timur sedang mengupayakan untuk membangun gedung di sekitar makam Gus Dur sebagai tempat penyebaran gagasan Gus Dur.

"Situasi Indonesia saat ini masih jauh dengan gagasan keislaman yang dipromosikan Gus Dur sejak 20-30 tahun terakhir. Kekuatan islam moderat terdesak dari kebangkitan kelompok-kelompok islam konservatif," jelas Aan.

Aan berharap gagasan Gus Dur juga dapat diimplementasikan di sekolah-sekolah secara resmi. Hal itu untuk semakin membumikan gagasan Gus Dur yang selama ini sudah tersebar di 160an simpul GUSDURian di berbagai wilayah Indonesia dan luar negeri.

"Islam moderat di Indonesia itu kehilangan figur untuk dirujuk per hari ini. Sehingga kita bisa melihat intoleransi dan radikalisme seperti itu," imbuhnya.

Lalu bagaimana pandangan para peziarah tentang Gus Dur dan mengapa mereka berdatangan ke makam Gus Dur. Berikut penuturan santri Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an Tebuireng Saifudin dan warga Sambong, Ririn Maskurin.

"Gus Dur itu seorang yang menurut saya, beliau humoris, beliau enak kalau dibuat rujukan tanya-tanya orang, beliau merakyat, kalau ada masalah-masalah gini, InsyaAllah beliau dirundingkan dulu dengan bawahan kemudian baru diambil keputusan," tutur Saifudin.

"Hari ini sedang ziarah ke makam Mbah Hasyim Asyari dan Gus Dur, ingin mendapat berkah dari beliau-beliau dan pendiri Nahdlatul Ulama," tutur Ririn. (VOA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI