Suara.com - Tarawih Spesial di Masjid HIjau Cambridge London, Masjid Pertama di Inggris
Tarawih di Masjid Hijau Cambridge di London, Inggris jadi hal yang tak terlupakan. Kota Cambridge yang dikenal sebagai kota pelajar tertua di Inggris terletak sekitar 8 mil di utara kota London.
Makanya, boleh berbangga dengan berdirinya bangunan mesjid pertama di Inggris yang disebut dengan mesjid hijau yang dapat menjadi jembatan budaya Islam di Inggris abad ke-21.
“Alhamdullilah kami bisa melaksanakan shalat tarawih pertama di mesjid baru ini,” ujar Harmein Ferdinal Pribadi, salah satu WNI yang tarawih di sana.
Baca Juga: Mau Lebaran di Kampung, Rahmadian Maling Kotak Amal Masjid
Bersama sang istri Pancanita Kaloko serta putra semata wayang mereka, Harmein merasa bahagia dan puas bisa sholat taraweh bersama dan berjumpa dengan saudara seiman, walau berbeda kebangsaan tapi kita langsung akrab, ujar Harmein yang mempunyai bisnis Hotel dan Restauran di daerah Faringdon di Kota Oxford.
Menurut Harmein yang menjadi konsultan Representative St Clare’s Oxford, ia bersama keluarga kecil sengaja datang ke Cambridge dari Faringdon yang ditempu sekitar 2,5 jam perjalanan.
“Begitu lihat masjidnya masya Allah merinding dan kagum bisa datang ke rumah Allah yang baru saja dibuka dua minggu sebelum Ramadan,” ujar Harmein
Begitu pun saat ditanya kesan-kesannya akan bangunan mesjid yang dirancang Marks Barfield Architects, yang memenangkan kontrak asli pada tahun 2009, ia memberi pujian.
“Kami bangga banget di Negara minoritas bisa menyajikan masjid yang Indah ini di sini kami juga menjadi sangat nyaman menjalani ibadah sholat fardhu dan sholat sunat tarawih yang 20 rakaat dan tiga rakaat selesai shalat tarawih sampai pukul 00.45 jadi akhirnya kami berjalan di hotel yang terdekat.
Baca Juga: 3 Orang Dinyatakan Bersalah Atas Pembakaran Masjid Syiah di Australia
Harmein mengaku shalat mesjid merasa nyaman dan pada malam itu terdapat lebih dari seribu lelaki maupun perempuan serta anak-anak sebagai jemaahnya.
Suasananya seperti bukan di Inggris dan di tempat wudu dilengkapi dengan alat pengering kaki, “saya belum pernah menemukan di masjid di dunia yang lantainya tetap terjaga bersih dan kering seperti ini".
Menurut Harmein, pengurus masjid juga memberikan kesempatan kepada saudara non- Muslim datang dan datang dan melihat keindahan masjid dan juga ada pemandu bagi mereka yang membutuhkan informasi tentang masjid.
Arsitek di balik "masjid hijau pertama" di Inggris mengatakan bangunan itu akan menjadi "jembatan budaya" bagi Islam di Inggris pada abad ke-21.
Masjid Pusat Cambridge, di Mill Road, berharga 23 juta poundsterling dan memiliki kapasitas untuk seribu orang.
Masjid yang dibuka untuk shalat pada tengah hari pada hari Rabu setelah lebih dari satu dekade dalam perencanaan.
Juru bicara Dr Abdal Hakim Murad dari Cambridge Mosque Trust, mengatakan bahwa di kota itu diperkirakan terdapat 6.000 warga Muslim yang biasanya melakukan ibadah shalat secara bergiliran di pusat-pusat Islam yang lebih kecil dan terlalu padat di tempat itu serta rumah-rumah yang dikonversi.
"Ada kebutuhan mendesak akan masjid yang layak di Cambridge, ini adalah ide yang sudah terlambat," ujarnya.
"Cambridge adalah kota global tetapi lambat untuk memiliki ruang multi-budaya seperti ini."
Proses pembangunan
Pada 2011, selebaran anonim dipasang di pintu-pintu rumah yang dekat dengan lokasi yang diusulkan untuk temat masjid baru itu yang isinya, mendesak orang untuk berkeberatan dengan alasan akan berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas. Namun, Dewan Kota Cambridge mengatakan menerima 50 surat yang menentang rencana pembangunan dan lebih dari 200 yang mendukung.
Masjid ini mencakup ruang shalat, area wudhu dan akomodasi untuk keluarga Imam dan ulama tamu.
Hal yang membanggakan mesjid dengan nol emisi karbon dengan penampung air hujan dan pompa panas sumber udara.
Julia Barfield, arsitek utama, mengatakan idenya adalah menciptakan "masjid yang benar-benar Inggris di abad ke-21".
"Masjid ini bisa menjadi jembatan budaya, dan membawa pesan lingkungan ke salah satu komunitas agama terbesar di dunia," katanya.
Sementara itu Pancanita Kaloko yang biasa disapa Nita bercerita tentang Ramadan di mesjid baru yang diakuinya sangat membahagiakan.
"Senang bisa berjumpa dengan saudara seiman, walau berbeda kebangsaan tapi kita langsung akrab"
Alhamdulillah kebutuhan Jamaah rasanya sudah terpenuhi semua, seperti ada parkir di bawah tanah, tempat wudhu yang jauh terpisah dari toilet walau dalam satu ruangan, tersedia sendal untuk ke toilet di rak antara ruang wudhu dan toilet, sehingga jelas lebih bersih, toilet dilengkapi jetwasher, di depan toilet ada wastafel panjang dengan cermin yang besar, tempat wudhu ada mesin pengering untuk kaki, dan setelah itu ada corner yang dilengkapi dengan tissue lebar untuk wajah dan juga cermin, dan disediakan langsung seperti lubang untuk membuang tissue nya, jadi selalu bersih tempatnya. Dan banyak lagi fasilitas yang ada untuk pengunjung mesjid.
Pada awal pembangunan mesjid panitia menyerukan “belikan satu batu bata" gerakan yang diluncurkan untuk membantu mengumpulkan dana pembangunan masjid Cambridge yang dibangun pertama kali.
Diperkirakan sekitar 350.000 batu bata dibutuhkan untuk Masjid Abu Bakr Jamia.
Seruan dilakukan pada Ramadan, bulan doa dan puasa bagi Muslim. Setiap bata akan berharga £ 1,40.
Dr Tim Winter, kepala tim pemindahan masjid, mengatakan: "Kami punya target sekitar £ 500.000 untuk permohonan tahun ini."
Dia menambahkan: "Ramadan cenderung menjadi musim puncak bagi amal Muslim umumnya di seluruh dunia, mungkin karena orang tidak makan dan minum, sehingga mereka memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dan spiritual."
Bangunan dirancang Marks Barfield Architects, perusahaan di belakang pembangunan London Eye dan Kew Gardens.
Kompleks pembangunan mesjid berada di situs satu hektare, sebelumnya adalah gudang Robert Sayles, di Mill Road di Cambridge.
Secara keseluruhan diperkirakan biayanya mencapai 15 juta Poundsterling sementara telah mengumpulkan sepertiga sejauh ini.
Dr Winter mengatakan tampilan bangunan juga penting dan asosiasi penghuni dikonsultasikan.
"Cambridge bukan sembarang kota tua," katanya.
"Ini adalah salah satu pusat budaya hebat dunia. “Anda tidak dapat mengabaikan fakta bahwa di depan pintu kami, kami memiliki beberapa pameran arsitektur besar dunia.
"Jadi itu harus menjadi struktur yang benar-benar cukup mencolok, bukan hanya masjid Inggris rata-rata, yang merupakan batu bata dengan kubah aluminium di atasnya."
Mereka yang berada di belakang proyek mengatakan bahan-bahan lokal digunakan jika memungkinkan, sehingga batu bata untuk dijual adalah batu bata Gault kuning atau putih tradisional ke daerah Cambridge. Mereka mengatakan itu juga akan menjadi 'sehijau' mungkin. Air dari unit wudhu akan didaur ulang untuk mengairi kebun, atapnya akan tertutup vegetasi, dan jendela kaca besar di atap akan memastikannya dapat dinyalakan secara alami bahkan pada hari-hari musim dingin yang kelabu.
Diharapkan gedung baru akan membantu meringankan kurangnya ruang di masjid saat ini di Mawson Road, di mana umat Islam beribadah secara bergiliran atau harus shalat di jalan. (Antara)