Ilmuwan Indonesia Dipercaya Bangun Industri Halal di Saudi Arabia

Bangun Santoso Suara.Com
Jum'at, 10 Mei 2019 | 06:19 WIB
Ilmuwan Indonesia Dipercaya Bangun Industri Halal di Saudi Arabia
Ilustrasi Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang profesor dan ilmuwan terkemuka Indonesia Irwandi Jaswir dipercaya oleh Pemerintah Saudi Arabia untuk ikut membangun industri halal di negara tersebut.

Irwandi (48), yang juga merupakan pemenang King Faisal International Prize 2018 itu ketika ditemui di Kuala Lumpur, Kamis menceritakan bahwa dirinya diberi tanggung jawab untuk merancang strategi menjadikan negara kaya minyak itu sebagai pemain industri halal terkemuka dunia.

Perkembangan industri halal dunia yang sangat pesat dan diperkirakan bernilai 3 triliun Dolar Amerika lebih ini, membuat Saudi Arabia kini ikut melirik industri tersebut.

Menurut Irwandi, dirinya sudah mulai didekati sejak menerima King Faisal Prize dari Raja Salman tahun lalu.

Baca Juga: Saudi Arabia Senang Warganya Kasih Maaf ke TKI Terpidana Mati

“Saat itu, Pemerintah Saudi Arabia meminta saya presentasi tentang industri halal global dan peranan apa yang bisa dilakukan oleh Saudi sebagai kiblat Islam sedunia,” ujar Irwandi.

“Namun yang intensif sejak beberapa bulan terakhir lewat telepon atau video conference” ujar profesor senior bidang Bioteknologi Pangan di International Islamic University Malaysia ini.

Menurut Irwandi, untuk memfasilitasi dirinya, Pemerintah Saudi bahkan mendirikan "Halal Centre” yang langsung berada di bawah lembaga Saudi Food and Drugs Authority (SFDA).

"Sebenarnya ide pendirian Halal Centre di Saudi ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Kami ngobrol-ngobrol dengan para saintis di sana dan petinggi SFDA. Mereka bahkan sempat berkunjung ke laboratorium saya di Malaysia,” kata Irwandi.

Meski menjadi penasehat untuk Pemerintah Saudi Arabia di bidang industri halal, Irwandi merasa beruntung karena dirinya tidak harus menetap di sana.

Baca Juga: Indonesia-Saudi Arabia Sepakati Sistem Kerja Baru bagi WNI

"Mereka bahkan setuju kalau saya tetap di Malaysia dan hanya ke Riyadh setiap beberapa bulan sekali. Dalam beberapa bulan sekali saya akan tinggal di sana beberapa waktu. Yang penting tugas dan tanggung jawab tetap bisa berjalan," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI