Video Jubir BPN Ungkap Klaim Kemenangan 62 Persen Prabowo Berbasis SMS

Kamis, 09 Mei 2019 | 21:49 WIB
Video Jubir BPN Ungkap Klaim Kemenangan 62 Persen Prabowo Berbasis SMS
Video dialog antara juru bicara BPN Prabowo - Sandiaga, Vasco Ruseimy, dengan sosok Prof Laode, antara lain soal data klaim kemenangan 62 persen. [YouTube/capture]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Klaim kemenangan pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, sampai saat ini masih menuai polemik, sementara update data real count KPU di situsnya pun terus berjalan. Terakhir, polemik ini antara lain kian memanas ketika politisi Partai Demokrat, Andie Arief, memunculkan istilah "setan gundul" yang disebutnya sebagai sumber klaim kemenangan 62 persen Prabowo.

Tapi sumber sebenarnya, termasuk bagaimana garis besar penghitungan klaim kemenangan 62 persen itu, akhirnya lantas dipaparkan juga oleh Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi. Tepatnya, adalah salah satu Juru Bicara BPN Prabowo - Sandiaga yang juga politisi Partai Berkarya, Vasco Ruseimy, yang menyajikan penjelasan itu tepatnya lewat channel YouTube-nya yang bernama Macan Idealis.

Dalam video bertajuk "Gegeeerr!! Prabowo Menang, BPN 02 Blak-Blakan Buka Data Kemenangan" yang tampak diunggah pada 7 Mei 2019 itu, Vasco terlihat duduk bersama seseorang yang disapanya sebagai Prof Laode. Di kesempatan itulah, Vasco menanyai dan mendengarkan penjelasan dari sosok yang disebutnya sebagai "otak" di balik data penghitungan yang dimiliki tim Prabowo-Sandi.

"Jadi Prof Laode ini, teman-teman, biar teman-teman tahu, beliau adalah koordinatornya lah, otaknya nih, otaknya yang mengumpulkan dan men-collect semua data C1, baik itu dari relawan ya Prof, dari relawan dan lain-lain semua dikumpulkan... dari tim, untuk pemenangan tim Pak Prabowo - Sandi lah intinya, dan partai koalisi," jelas Vasco memperkenalkan rekan bicaranya.

Baca Juga: Tiga Anak Amien Rais Diklaim Menang Pemilu 2019

Lantas, bagaimana penjelasan dari sosok bernama Prof Laode ini? Di bagian awal setelah basa-basi, ketika Vasco langsung menanyai soal kontroversi data persentase kemenangan itu, dia langsung memberikan penjelasan, salah satunya yaitu bahwa bahwa basis klaim kemenangan itu adalah sistem yang menggunakan SMS.

"Setiap apa yang diucapkan oleh Pak Prabowo dan Sandi itu semuanya disuplai dengan data-data yang valid. Misalnya, ini yang paling dipersoalkan, 62 persen dari mana sih (dalam) sekian jam? Iya kan. Itu buat kami sudah jauh hari kita sudah buat sistem, pakai SMS aja. Jadi setiap orang yang telah menusuk, kemudian begitu dia keluar C1-nya, langsung saja dia kirim," tuturnya.

"Nah, sistem kita itu dengan cepat sekali... sekian jam. Sebetulnya kaya model quickcount atau exit poll aja itu sebenarnya. Tapi kan kita lihat itu. Kemudian ketika dikemukakan itu, memang seperti itu, yang jumlah berapa, jumlah 62 persen, itu kan SMS itu basisnya," sambungnya.

Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (tengah) bersama Cawapres Sandiaga Uno dan petinggi partai mendeklarasikan kemenangannya pada Pilpres 2019 kepada awak media di kediaman Kertanegara, Jakarta, Kamis (18/4/2019). Prabowo kembali mendekalarasikan kemenangannya versi real count internal BPN sebesar 62 persen. [Antara Foto/Indrianto Eko Suwarso/pd]
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (tengah) bersama Cawapres Sandiaga Uno dan petinggi partai saat mendeklarasikan kemenangan pada Pilpres 2019 di kediamannya Jalan Kertanegara, Jakarta, Kamis (18/4/2019). Prabowo kembali mendeklarasikan kemenangannya versi real count internal BPN sebesar 62 persen. [Antara/Indrianto Eko Suwarso]

Melanjutkan penjelasan, dia kemudian menekankan bahwa setelah data cepat persentase kemenangan 62 persen yang dari SMS itu, pihaknya baru kemudian mengumpulkan data yang lebih real dan lebih lengkap lagi.

"Kemudian baru belakangan segera kita susuli dengan pekerjaan kita minta dari saksi-saksi, kemudian dari relawan Satgas, dari Sekber Satgas, kemudian relawan, relawan itu kan banyak, kemudian dari emak-emak juga, kemudian dari partai-partai, semua segera mengumpulkan dan kita kumpulkan," ujarnya.

Baca Juga: Spanduk Klaim Kemenangan Prabowo Dicopot, Bupati Bantul: Itu Sesuai Aturan

"Jangan lupa, empat hari setelah 17 (April) itu, orang nggak sadar pentingnya C1. Kami sudah sadari itu. Kita kumpulin aja. Sampai hari ini, kita kumpulin terus-menerus. Dan pengumpulan itu kita sortir juga tentunya. Itu yang dilakukan itu. Nah, dari situlah, jadi datanya itu lengkap. Kita mempunyai data lengkap," ucapnya.

Di salah satu bagian lain video tersebut, kemudian sempat diberitahu bahwa data (C1) yang sudah terkumpul di BPN itu bahkan sudah mencapai 1.250.000 jumlahnya, yang diakui melebihi jumlah TPS karena memang ada banyak kiriman dari 2-3 orang di TPS yang sama. Maka kemudian ketika muncul pertanyaan bagaimana dengan verifikasinya, Laode pun memberi tanggapan.

"Ya, kita melakukan verifikasi, itu bertahap. Jadi kita melihat-melihat ya. Kalau kita lihat itu kita kategorikan, mulai dari Aceh sampai Papua Barat itu polanya sama, yaitu pakai tusuk. Tapi Papua kan tidak. Oleh karena itu Papua kita sendirikan. Iya kan. Nah, kalau Papua kita sendirikan, kita mulai..." paparnya.

"Cara menganukannya itu sederhana. Kita mengambil random, kalau bahasanya, atau rata-rata ya. Jadi semua provinsi itu kan kita isi, kita ketik ya. Dan sudah ada isinya semua. Mulai dari 5 persen. Kalau 10 persen kaya apa pie-nya, kemudian 15 persen kaya apa, 25 persen kaya apa. Kemarin itu 30 persen seperti apa. Nah, dari pie itu kita menunjukkan jauh di atas... Perolehan kita itu terus terang aja, apa yang dikemukan oleh Situng (KPU) itu terbalik itu. Mustinya kita yang besar, bukan yang satunya, yang kecil. Dan (itu) kenapa begitu?" tuturnya lagi.

Bagian lainnya dari video itu juga terlihat membicarakan soal momen ketika Prabowo mengundang media asing --tanpa mengizinkan masuk media lokal-- ke rumahnya di Jalan Kertanegara untuk memberi keterangan pers. Kemudian, ada juga pengakuan Laode soal kunjungannya ke KPU, di mana menurutnya pihaknya sempat melontarkan berbagai kritik ke KPU, termasuk soal kesalahan sistem dan data yang dimiliki lembaga resmi penyelenggara Pemilu tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI