Di salah satu bagian lain video tersebut, kemudian sempat diberitahu bahwa data (C1) yang sudah terkumpul di BPN itu bahkan sudah mencapai 1.250.000 jumlahnya, yang diakui melebihi jumlah TPS karena memang ada banyak kiriman dari 2-3 orang di TPS yang sama. Maka kemudian ketika muncul pertanyaan bagaimana dengan verifikasinya, Laode pun memberi tanggapan.
"Ya, kita melakukan verifikasi, itu bertahap. Jadi kita melihat-melihat ya. Kalau kita lihat itu kita kategorikan, mulai dari Aceh sampai Papua Barat itu polanya sama, yaitu pakai tusuk. Tapi Papua kan tidak. Oleh karena itu Papua kita sendirikan. Iya kan. Nah, kalau Papua kita sendirikan, kita mulai..." paparnya.
"Cara menganukannya itu sederhana. Kita mengambil random, kalau bahasanya, atau rata-rata ya. Jadi semua provinsi itu kan kita isi, kita ketik ya. Dan sudah ada isinya semua. Mulai dari 5 persen. Kalau 10 persen kaya apa pie-nya, kemudian 15 persen kaya apa, 25 persen kaya apa. Kemarin itu 30 persen seperti apa. Nah, dari pie itu kita menunjukkan jauh di atas... Perolehan kita itu terus terang aja, apa yang dikemukan oleh Situng (KPU) itu terbalik itu. Mustinya kita yang besar, bukan yang satunya, yang kecil. Dan (itu) kenapa begitu?" tuturnya lagi.
Bagian lainnya dari video itu juga terlihat membicarakan soal momen ketika Prabowo mengundang media asing --tanpa mengizinkan masuk media lokal-- ke rumahnya di Jalan Kertanegara untuk memberi keterangan pers. Kemudian, ada juga pengakuan Laode soal kunjungannya ke KPU, di mana menurutnya pihaknya sempat melontarkan berbagai kritik ke KPU, termasuk soal kesalahan sistem dan data yang dimiliki lembaga resmi penyelenggara Pemilu tersebut.