Suara.com - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu enggan mengomentari pernyataan Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto yang akan menutup akun-akun media sosial yang melakukan ujaran kebencian, menghasut, radikalisme, dan sebagainya.
Menurutnya, hal tersebut merupakan kewenangan Wiranto dan Menkominfo Rudiantara.
"Itu urusan Pak Wiranto, Menkominfo, ya kita lihat saja. Tapi dengan adanya simposium ini kan, kita sepakat untuk menjaga itu semua," ujar Wiranto di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Ia pun mengibaratkan media sosial seperti pisau yang bermanfaat, jika digunakan untuk memotong roti, buah-buahan. Namun menjadi tidak baik, jika digunakan untuk melakukan tindakan kejahatan.
Baca Juga: Ancaman Wiranto, Ahmad Dhani: Enggak Usah Takut, Penjara Bareng Saya
"Semuanya bagus. Pisau itu bagus untuk memotong roti, dia tidak bagus kalau untuk menusuk orang sampai mati. Apapun bagus, untuk roti, mangga, tapi kalau ditusukan ke orang dia jadi alat pembunuh," katanya.
Menurutnya penggunaan media sosial juga tergantung dari penggunanya. Ia pun menyebut orang-orang yang menyebarkan kabar bohong atau hoaks di media sosial sama seperti melakukan fitnah.
"Tergantung media, mau jadi apa, tergantung orangnya. Kalau orangnya bejat ya bejat. Kalau hoaks segala macam itu orang bejat. Dia tidak tahu hoax itu fitnah, sedangkan membunuh saja kejam, dan fitnah lebih kejam dari pembunuhan," ucap Wiranto.
Karena itu, ia mengimbau agar masyarakat yang kerap menyebarkan hoaks untuk bertobat di bulan Ramadan. Menurutnya, puasanya akan tidak akan mendapatkan pahala, jika masih menyebarkan hoaks.
"Saya minta orang yang menyebarkan hoaks di bulan ramadan ini berhenti, sadar itu dosa yang seribu kali lipat lebih dari pembunuhan. Percuma puasa, ibadah, kalau masih fitnah-fitnah. Itu seruan saya ke yang hoaks-hoaks itu," tandasnya.
Baca Juga: Ahmad Dhani: Para Tokoh Jangan Takut Ancaman Wiranto