Kisah Segitiga Emas di Kampung Sawah, Muslim dan Kristen Bertoleransi

Rabu, 08 Mei 2019 | 10:43 WIB
Kisah Segitiga Emas di Kampung Sawah, Muslim dan Kristen Bertoleransi
Gereja di Kampung Sawah, Bekasi. (VOA)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tiga rumah ibadah hadir berdampingan di Jalan Raya Kampung Sawah. Masjid Agung Jauhar Yasfi, gereja GKP Kampung Sawah, dan gereja paroki St. Servatius, membentuk apa yang warga setempat sebut segitiga emas.

Kampung Sawah di Bekasi, Jawa Barat, dikenal sebagai kampung toleransi. Baru-baru ini kelompok anak muda berkeliling kampung tersebut guna meneladani nilai-nilai keberagaman.

Dalam Indeks Kota Toleran 2017 dan 2018, kota-kota di Jabodetabek kerap mendapat nilai buruk. DKI Jakarta, Bogor, dan Depok masuk dalam kluster bontot nomor 4. Kota Bekasi membaik ke kluster 3 setelah sebelumnya di kluster 4. Dua gereja yang ditutup pemerintah kota karena tekanan kelompok intoleran ada di kawasan ini, yakni HKBP Filadelfia di Bekasi dan GKI Yasmin di Bogor.

Semangat dua puluhan siswa-siswi SMA ini tidak surut meski siang terik menerpa Kampung Sawah. Siang itu, peserta dari berbagai agama ini mengunjungi rumah-rumah ibadah dan bertemu para pemimpin agama. Seorang peserta muslim, Nadya Risma terkesan dengan perjalanan ini. Dia mengaku baru pertama kali melihat isi gereja.

Baca Juga: Anak Berhijab Belajar Toleransi di Gang Sempit Sarang Tawuran dan Narkoba

“Kesan pertamanya oh gini toh gereja tuh. Oh begini cara ibadahnya. Oh begini sejarah-sejarahnya,” ujarnya.

Di masing-masing rumah ibadah, para peserta belajar langsung sejarah rumah ibadah dan sepintas ajaran agama tersebut. Tak lupa, para pemuka agama juga mengedepankan kisah-kisah kebersamaan warga Kampung Sawah yang lintas-agama. Misalnya, gereja dan masjid saling menyediakan lahan parkir ketika ada hari raya keagamaan. Rumah-rumah ibadah ini juga saling mengatur volume pengeras suara ketika ada adzan di hari raya Kristen.

Uniknya lagi, silaturahmi warga Kampung Sawah dibalut corak budaya Betawi yang kental. Anak-anak belajar pencak silat, sementara budaya berbalas pantun terus dilestarikan dalam hari-hari besar. Baju koko dan kopiah pun, yang khas Betawi, menjadi pakaian umum bagi warga dari agama apapun.

Mendengar itu semua, Nadya mulai memahami apa itu toleransi di Kampung Sawah.

“Toleransi di Kampung Sawah itu kayaknya saling menghargai banget. Di sini kan ada tiga tempat ibadah yang berdampingan. Tadi dikasih tahu sejarah-sejarahnya. Wah, mereka bisa jaga toleransi,” ungkapnya.

Baca Juga: Siap Rilis Film Martabak Bangka Sarat Budaya dan Toleransi Beragama

Hal senada disampaikan peserta Kristen Protestan, Renata Yufian, yang mengatakan telah mempelajari banyak hal baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI