4 Masjid Bersejarah di Jakarta Cocok untuk Ngabuburit Sekalian Ibadah

Selasa, 07 Mei 2019 | 16:15 WIB
4 Masjid Bersejarah di Jakarta Cocok untuk Ngabuburit Sekalian Ibadah
Masyarakat muslim berkunjung dan beribadah di makam Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al'Aydrus di komplek Masjid Jami Keramat Luar Batang, Jakarta, Selasa (7/6).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di balik rencana pemerintah ingin memindahkan Ibu Kota Negara ke luar pulau Jawa, Jakarta akan dikenang sebagai salah satu provinsi yang mempunyai sejarah panjang penyebaran Islam di Nusantara. Jakarta mempunyai banyak masjid bersejarah.

Keempat majid bersejarah itu mempunyai berbagaimacam latar belakang dan peristiwa. Di antaranya cerita heroik sampai spiritualisme. Masjid-masjid itu paling cocok digunakan untuk menunggu waktu berbuka puasa.

Bahkan sekalian main, warga Jakarta dan sekitarnya pun bisa menjadi masjid itu sebagai tempat ibadah dan meningkatkan kualitas spiritualisme.

Berikut 4 masjid bersejarah di Jakarta yang bisa digunakan untuk mengisi waktu ngabuburit dan ibadah:

Baca Juga: Ngabuburit Anti Bosan Taman Safari, Naik Kuda Poni Sambil Nunggu Bedug

1. Masjid Raden Saleh

Masjid Jami’ Al Ma’mur merupakan masjid bersejarah yang terletak di Jl. Raden Saleh Raya No. 30, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Masjid ini merupakan peninggalan Raden saleh, seorang maestro lukis Indonesia.

Lokasi masjid ini cukup mudah ditemukan, letaknya di kanan jalan dari arah Salemba. Masjid ini didirikan pada tahun 1890 Masehi, yang merupakan pindahan dari surau yang dibangun oleh Raden saleh didekat rumahnya pada tahun 1860.

Pada awalnya, Raden saleh yang dibantu oleh masyarakat sekitar membangun sebuah surau atau mushala sederhana dengan bahan kayu, yang didirikan disamping rumahnya.
Setelah Raden saleh meninggal dunia, tanah tersebut dibeli dengan proses pelelangan dan menjadi milik Sayed Abdullah bin Alwi Alatas yang merupakan tokoh gerakan pan Islam.

Setelah dibeli oleh Sayed Abdullah bin Alwi Alatas, tanah tersebut dijual lagi kepada Koningen Emma Ziekenhuis, yang kemudian akan di bangun Rumah sakit. Pada saat perjanjian awal, surau atau mushala peninggalan Raden Saleh tidak akan dipindahkan.

Baca Juga: Nonton Film Jadi Aktivitas Favorit untuk Ngabuburit

Namun perjanjian tersebut diingkari oleh Koningen Emma Ziekenhuis, sehingga surau tersebut tetap dipindahkan disamping kali ciliwung. Karena lokasi nya terlalu dekat dengan kali ciliwung, surau ini sering kali kebanjiran, kemudian warga setempat bergotong royong memindahkan surau ini ke tanah milik Sayed Abdullah bin Alwi Alatas yang lain, yang berlokasi di tempat masjid jami al ma’mur yang sekarang.

Meskipun demikian, Koningen Emma Ziekenhuis tetap ingin memindahkan suaru tersebut karena rencana nya lahan tersebut akan dibangun gereja. Setelah melalui beberapa proses, akhirnya surau tersebut diperbaharui kembali oleh sebuah panitia yang didukung oleh H. Agus Salim, yang kemudian dibagian depan masjid ditambahkan lambing organisasi sarekat islam yang sampai sekarang menjadi ciri khas masjid tersebut. pembaharuan masjid ini selesai pada tahun 1936.

Setelah beberapa kali mengalami proses sengketa lahan antara masjid dengan rumah sakit, akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 1991 dengan hasil tanah masjid yang telah memiliki sertifikat sendiri atas nama Yayasan Masjid Al Makmur yang dikepalai oleh Mayjen (purn) H. M. Joesoef Singedekane, yang merupakan mantan gubernur Jambi. Setelah itu, masjid ini dijadikan bangunan Cagar Budaya oleh Gubernur DKI Jakarta berdasarkan peraturan daerah No.9 Tahun 1999. Keaslian bangunan dan lambing syarikat Islam termasuk tulisan arab dibagian depan-atas Masjid tetap dipertahankan hingga saai ini.

Masjid ini memiliki desain arsitektur khas bangunan lama yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa dengan warna putih dan hijau yang mendominasi bangunannya. Atap masjid berbentuk limas dengan lengkung di ujung atap, yang mirip dengan bangunan klenteng. Puncaknya terdapat hiasan dengan tulisan “Allah”, dan di bagian belakang masjid terdapat kubah yang berbentuk bulat.

Masjid jami Al Ma’mur Raden Saleh merupakan bangunan masjid dua lantai, dimana lantai pertama adalah ruang utama untuk ibadah shalat dan lantai kedua merupakan ruang ibadah yang disediakan apabila ada kenaikan jumlah Jemaah. Masjid ini juga memiliki menara pada sisi timur yang berbentuk bulat pada dinding bawahnya dan dihiasi batu kali berwarna hitam.

Meskipun keterkaitan masjid ini dengan Raden Saleh tidak terlalu banyak, namun sejarah yang mengawali pembangunan masjid ini memiliki sejarah tersendiri dengan Raden Saleh yang merupakan pelukis legendaris tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI