Puasa Kini Jauh Lebih Ringan Dibanding Zaman Sebelum Nabi Muhammad

Selasa, 07 Mei 2019 | 16:09 WIB
Puasa Kini Jauh Lebih Ringan Dibanding Zaman Sebelum Nabi Muhammad
Ilustrasi puasa Ramadan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puasa wajib pada bulan ramadhan telah dijalankan umat muslim sejak lama, seperti yang tertera pada QS Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." Namun bagaimana kah puasa orang – orang sebelum kita, seperti yang tertera pada ayat di atas?

Ada beberapa tafsir mengenai ayat tersebut, ada yang menyatakan yang dimaksud dengan orang - orang sebelum kita yaitu kaum nasrani yang diwajibkan berpuasa Ramadan di mana waktu dan lamanya sama seperti puasa yang difardhukan atau diwajibkan pada saat ini.

Rupanya hal itu cukup memberatkan bagi kaum nasrani. Sehingga mereka memindahkan waktu puasa mereka sesuai dengan musim dan memperpanjang masa puasa 20 hari, menjadi total 50 hari puasa, tradisi ini juga dilakukan oleh kaum muslimin.

Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa maksud orang terdahulu yakni kaum yahudi yang telah menjalankan kewajiban puasa tiga hari setiap bulannya. Dalam riwayat lain, selain puasa tiga hari dalam sebulan, Rasulullah juga menjalankan puasa ‘Asyura, yakni puasa yang biasa dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada 10 Muharram. Selanjutnya, puasa orang-orang terdahulu juga dapat dilacak dari sabda Rasulullah tentang puasa Nabi Daud as.  

Baca Juga: Sibuk Syuting, Ayu Ting Ting Diprotes Anak Tak Pernah Buka Puasa di Rumah

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa adanya kesamaan kewajiban puasa antara umat terdahulu dengan umat Islam. Sedangkan waktu, cara, dan lamanya tentu saja berbeda, seperti puasa Dawud, puasa ‘Asyura bagi umat Yahudi, puasa “ayyamul bidl” yang biasa dilaksanakan Nabi Nuh, Nabi Adam, dan Rasulullah sebelum turun perintah puasa Ramadhan.

Berikut ini merupakan penjelasan lengkap oleh Ustadz M. Tatam Wijaya yang merupakan pengasuh majelis taklim “Syubbanul Muttaqin” dalam NU.or.id :

Menjelang atau memasuki bulan suci Ramadhan, kita cukup sering mendengar ayat yang satu ini:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (Q.S. al-Baqarah [2]: 183). 

Hampir setiap khatib dan penceramah mengawali uraian atau muqaddimahnya dengan ayat ini. Berbagai hal yang berkenaan dengan puasa pun telah dibahas tuntas oleh mereka. Mulai dari dasar hukum, aturan fiqih, hikmah, hingga serba-serbi, sudah menjadi sederet topik yang disajikan di hadapan para jamaah. Namun, ada satu topik yang sepertinya belum banyak diangkat, yakni bagaimana puasanya orang-orang terdahulu sebelum kita, seperti diungkap dalam penggalan ayat di atas, “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu.”  

Baca Juga: Buka Puasa di Tengah Kemacetan? Perhatikan Kondisi Bekal di Kabin

Mengutip pendapat Abu Ja‘far, al-Thabari (w. 310) dalam Tafsîr-nya (Jeddah: Muassasah al-Risalah, Cetakan I, 2000, Jilid 3, h. 410) menyatakan bahwa para ulama tafsir sendiri berbeda pendapat mengenai maksud “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,” di atas. Sebagian ada yang menyatakan, penekanan tasybîh atau perumpamaan di sana adalah kewajiban puasanya. Sedangkan yang lain menekankan orang-orang yang berpuasanya. Kendati demikian, kedua perbedaan ini tetap bermuara pada maksud orang-orang terdahulu beserta cara, waktu, dan lama puasa mereka.    

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI