Suara.com - Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli menyebutkan kalau Partai Demokrat tengah bermain strategi "Good Cop-Bad Cop" di dalam koalisi partai pendukung Capres - Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
Sosok Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dinilai Guntur sebagai pemeran tokoh yang baik sedangkan Ferdinand Hutahaean dan Andi Arief sebagai eksekutor.
Prediksi Guntur bermula dari cuitan Andi Arief saat Sandiaga Uno dipilih Prabowo untuk menjadi pendampingnya di Pilpres 2019. Saat itu, Andi menyebut jenderal kardus kepada Prabowo.
"Saat Andi Arief nyerang kubu Prabowo dengan soal mahar dan jenderal kardus sebelum penetapan capres, merupakan strategi agar Demokrat keluar dari kubu Prabowo dan diterima di kubu Jokowi, tapi ada pihak yang ngeblock Demokrat saat itu," kata Guntur melalui akun Twitternya @GunRomli pada Selasa (7/5/2019).
Baca Juga: Real Count KPU Selasa (7/5) Siang: Suara Jokowi 56,32%, Prabowo 43,68%
Kemudian, soal diksi setan gundul yang baru-baru ini dicuitkan oleh Andi Arief juga menurutnya menjadi strategi yang sama. Menurutnya, setan gundul yang dimaksud oleh Andi tersebut hanya sebagai upaya untuk keluar dari koalisi pendukung Prabowo - Sandiaga.
"Soal setan gundul yang diomongkan oleh Andi Arief di kubu Prabowo itu cuma dalih Demokrat keluar dari kubu Prabowo, sejak awal kan kubu Prabowo sudah dituding oleh Andi Arief ada mahar dan jenderal kardus, kok masih ngotot gabung," ujarnya.
Guntur membahas soal Bad Cop dalam Partai Demokrat yang dilakoni oleh Andi Arief. Kemudian dirinya menyebutkan AHY sebagai Good Copnya untuk melindungi Demokrat dengan citra.
"Demokrat pakai strategi Good Cop/Bad Cop dalam politik, AHY sebagai Good Cop bagian pencitraan, kalau Andi Arief - Ferdinand sebagai Bad Cop bagian ngantemin dan nyiapin jalan keluar," tandasnya.
Baca Juga: Wiranto Ancam Tutup Media, Demokrat: Cerminan Otoritarianisme Brutal!