Kaum Milenial Banyak Ateis dan Agnostik, Bagaimana Puasa Ramadan Menjawab?

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 06 Mei 2019 | 16:34 WIB
Kaum Milenial Banyak Ateis dan Agnostik, Bagaimana Puasa Ramadan Menjawab?
Ilustrasi puasa Ramadan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Upaya Richard Dawkins yang dicap sebagai pemberontak pada kaum atheis pun tak lagi menarik hati kaum muda. Intinya, mengaku atheis sama ketinggalan zamannya dengan mengaku Marxisme.

Dari sudut pandang lifestyle kaum milenial, paham atheisme dinilai a-historis, sudah tidak keren dan relevan lagi.

Nah, apa sih yang membuat agnostisisme ini mewabah pada generasi milenial? Yups, kaum milenial yang memiliki watak instan, cepat, kreatif, membutuhkan saluran spiritual yang mengarah pada inti hubungan diri dengan Tuhan. Agama dengan segala tools-nya dianggap tidak/kurang efektif dan efisien lagi.

Bagi mereka, memahami bahwa Tuhan itu ada sehingga bisa menjadikan dirinya baik, lebih tenang, memiliki "sense" atas solidaritas sosial dan kebaikan manusiawi lainnya itu sudah cukup. Mereka lebih memilih menjadi agnostik tanpa menjadi penganut sebuah agama.

Baca Juga: MUI Tak Akan Protes Jika Ada Rumah Makan yang Buka Selama Puasa

Menurut kacamata mereka, agama bukanlah penjamin surga. Agama hanya akan menjadi kendaraan dalam garasi jika itu hanya tercatat pada sebuah KTP. Tanpa bahan bakar yang baik, kendaraan hanyalah seonggok besi yang tidak dapat mengantarkan kita ke tempat tujuan.

Agama tanpa pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik tidak akan mengantarkan kita menuju surga. Jika orang-orang yang mengaku memiliki agama merasa jauh lebih budiman dibandingkan para Agnostik, lantas mengapa masih banyak ditemukan orang-orang yang rajin beribadah bahkan memiliki gelar keagamaan sekalipun yang masih berbuat hal-hal tidak terpuji?

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang menjadi kegelisahan orang-orang Agnostik. Mereka lebih menekankan pada behavior atau budi pekerti yang baik, memiliki toleransi tinggi, empati kepada sesama, lebih sabar, pemaaf, dan lain-lain. Intinya mereka lebih melihat ke dalam diri dibandingkan dengan baju besar agama yang belum tentu menjadi individu yang baik.

Lalu Apa Sikap Kita?

Fenomena "Agnostic Style" yang dipicu oleh penampilan luar orang beragama sesungguhnya bisa dijawab oleh Islam. Jika ada orang Islam yang mudah marah, intoleran, suka menghina dengan ujaran kebencian, berperilaku kasar, dan berakhlak buruk pasti ada yang salah dalam cara mereka berislam.

Baca Juga: Catat, 6 Kunci Tetap Sehat dan Bugar Selama Puasa

Islam sesungguhnya bisa menjawab "kegelisahan" masyarakat modern itu. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, selain mengajarkan aspek lahir dengan rangkaian ritualnya, seperti salat, puasa, zakat, haji, dan  lain-lain, juga menekankan aspek batin melalui jalan spiritual untuk membentuk perilaku (akhlak) dan kedekatan kepada Tuhan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI