Masih Ingat Masjid yang Tolak Prabowo di Semarang? Ternyata Ini Sejarahnya

Iwan Supriyatna Suara.Com
Minggu, 05 Mei 2019 | 06:15 WIB
Masih Ingat Masjid yang Tolak Prabowo di Semarang? Ternyata Ini Sejarahnya
Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto. [Suara.com/Arief Hermawan P]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masjid Agung Kauman Semarang memiliki jejak yang kuat dalam sejarah penyebaran Islam pertama kali di Semarang.

Beberapa jejak sejarah ditorehkan pada masjid yang didirikan pertama di Semarang, dan dibangun oleh arsitek asal Belanda sebagai hadiah kepada Sunan Pandanaran, Tumenggung Karesidenan Semarang kala itu.

Masjid Agung Kauman memiliki sejarah andil dalam pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia. Menjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang mengumumkan kemerdekaan Indonesia secara terbuka, setelah beberapa saat diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta.

Di Masjid Agung Kauman pula, calon presiden Prabowo Subianto sempat ditolak keras untuk melaksanakan salat Jumat, karena bertepatan dengan kampanye Pemilu 2019.

Baca Juga: Prabowo Tunda Jenguk Ani Usai AHY Bertemu Jokowi, Demokrat: Jangan Ngambek

Meski akhirnya pengurus Masjid Agung Kauman memperbolehkan dengan syarat tanpa embel-embel kampanye.

Namun dari sisi historis panjangnya, Masjid Agung Kauman erat kaitannya dengan tradisi budaya penentuan awal puasa Ramadhan, yang disebut Dugderan.

Di mana dahulu kala, Tumenggung atau pemimpin daerah Semarang, Tumenggung Aryo Purboningrat, menemui para kyai dan ulama untuk berhalaqah atau mendiskusikan penentuan awal puasa.

Melalui halaqah atau diskusi tersebut, kemudian menghasilkan suatu keputusan beserta pesan-pesan kebaikan dari para ulama untuk diumumkan kepada seluruh warga Semarang.

Sebagai tanda pengumuman tersebut, karena saat itu masjid belum ada pengeras suara maka digunakanlah sebuah bedug dan petasan besar dibunyikan.

Baca Juga: Kubu Prabowo: Pemindahan Ibu Kota Negara Program Ecek-ecek Jokowi

Dugderan berasal dari kata 'dug' dari bunyi bedug yang ditabuh, dan 'der' dari bunyi petasan yang dinyalakan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI