Ekstremisme Meningkat
Mengenai pemilu Israel bulan lalu, di mana Benjamin Netanyahu kembali terpilih sebagai perdana menteri untuk masa jabatan kelima dan partai-partai kiri memperoleh hasil lebih buruk dari yang diharapkan, Pappe mengatakan bahwa seseorang tidak bisa menjadi seorang kiri dan seorang Zionis secara bersamaan.
"Ini adalah hasil yang tak terelakkan dari paham Zionis. Anda tidak bisa menjadi seorang kiri dan Zionis. Anda tidak bisa menjadi seorang kiri dan penjajah. Anda hanya bisa jadi seorang penindas atau penjajah atau tidak sama sekali," tutur dia.
Dalam pemilihan umum 9 April, partai-partai kiri terkemuka Israel - Buruh dan Meretz - hanya berhasil merebut 10 dari 120 kursi di Knesset (parlemen Israel).
Baca Juga: Karikatur PM Israel Jadi Anjing Presiden Donald Trump, NY Times Minta Maaf
Pappe percaya kebangkitan partai ekstremis sayap kanan baru-baru ini di Israel telah menunjukkan wajah sebenarnya dari paham Zionis yang dianut oleh mayoritas Yahudi Israel.
"Sayangnya, sebagian besar dari mereka percaya bahwa lebih baik menjadi negara etnis rasis daripada negara demokratis. Gagasan tentang solusi dua negara benar-benar dikalahkan dalam pemilihan ini," ujar dia.
"Israel tidak ada hubungannya dengan nilai-nilai Yahudi. Israel adalah negara etnis dan ideologis berdasarkan kekuatan dan penindasan.
Gaza
Sejak Maret 2018, warga Palestina mengadakan demonstrasi rutin di sepanjang zona penyangga Gaza-Israel, menuntut hak para pengungsi untuk kembali ke tanah air mereka, di mana mereka diusir pada 1948 untuk memberi jalan bagi negara baru Israel.
Baca Juga: Beri Saran Padamkan Kebakaran Notre Dame, Donald Trump Dihujat
Mereka juga menuntut diakhirinya 12 tahun blokade Israel di Jalur Gaza, yang telah menghancurkan ekonomi daerah kantong pesisir dan merampas komoditas pokok dari dua juta penduduknya.