Ibu Kota Negara Mau Pindah, Ahli Nilai Penataan Ruang Jakarta Produk Gagal

Jum'at, 03 Mei 2019 | 19:18 WIB
Ibu Kota Negara Mau Pindah, Ahli Nilai Penataan Ruang Jakarta Produk Gagal
Pakar Arsitektur Perkotaan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Jehansyah Siregar. (Suara.com/Tyo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar Arsitektur Perkotaan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Jehansyah Siregar melihat lahan resapan air di Jakarta sudah mulai habis. Hal itu mengakibatkan banjir pasti akan terus terjadi di Jakarta.

Jehan mengatakan bahwa hutan bakau, rawa-rawa, dan persawahan sudah hampir berkurang di Jakarta sehingga air sulit menyerap ke tanah.

"Lahan-lahan berupa rawa, hutan bakau, mau pun persawahan, telah diurug untuk dibangun pemukiman, pabrik, dan pergudangan. Lahan-lahan basah di sepanjang bantaran sungai dan sekitar situ-situ juga terus diduduki dan dibangun pemukiman. Baik formal maupun informal," kata Jehan saat ditemui di Gedung Joang, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2019).

Hal ini diakibatkan oleh penataan ruang kota di Jakarta yang disebut Jehan sebagai produk gagal dan tidak memikirkan solusi mengatasi aliran air.

Baca Juga: Arya Bima: Bogor Bisa Diuntungkan Jika Ibu Kota Jadi Dipindah

"Mulai rencana induk 1965-1985 hingga RT RW 2030, adalah produk-produk gagal karena sangat lemah di dalam prakteknya," tegas Jehan.

Maka dari itu, Jehan menyarankan Pemprov DKI dan Pemerintah Pusat untuk bersinergi mengatasi banjir tersebut dengan membangun berbagai upaya penanggulangan banjir mulai dari bendungan di hulu hingga sumur resapan atau drainase vertikal di perkotaan.

"Paling efektif adalah multi solusi, sama seperti transportasi karena transportasi itu tidak bisa diatasi oleh satu moda saja, jadi sumur resapannya juga, buat waduknya iya, drainase, normalisasi juga," tutup Jehan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI