Suara.com - Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merupakan pertemuan silaturahim. Pertemuan keduanya berlangsung tertutup di Istana Merdeka, Jakarta pada Kamis (2/5/2019) kemarin.
"Pertemuan Presiden dengan tokoh-tokoh apakah itu Mas AHY, kemudian yang lainnya yang pertama harus dimaknai sebagai silaturahmi," ujar Pramono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (3/5/2019).
Pramono menuturkan, pertemuan Jokowi dengan putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu juga bertujuan untuk menurunkan tensi ketegangan di Pilpres 2019 yang sempat memanas.
"Yang kedua memang apapun pertemuan seperti ini, untuk menurunkan tensi ketegangan yang ada," kata dia.
Baca Juga: Ayahnya Meninggal, Keluarga Korban KPPS Minta Pelaksanaan Pemilu Dievaluasi
Selain itu, ia menyebut pertemuan Jokowi dan AHY dalam rangka menyamakan persepsi di dalam penyelenggaraan Pemilu 2019. Menurutnya, penghitungan suara seperti Quick Count dan Real Count saat Pilpres sudah ada sejak Pemilu 2004 silam.
"Ketiga menyamakan persepsi apa yang sebenarnya terjadi dengan hal- yang dipermasalahkan, diduga dan sebagainya. Misalnya urusan quick count, kan ini sudah menjadi tradisi kita dalam demokrasi sejak tahun 2004 quick count sudah ada," kata dia.
Real Count dalam Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU kata Pramono, merupakan referensi alat bantu untuk mengetahui hasil perolehan suara sementara.
"Real count ini yang situng ini kan sebagai referensi alat bantu yang sebenarnya juga sudah ada. Dulu kan ada kawal pemilu. Nah berbagai insterumen ini menunjukkan bahwa sebenarnya demokrasi kita sudah semakin dewasa," kata dia.
"Sehingga dengan demikian, pertemuan-pertemuan Presiden dengan mungkin nanti akan dengan tokoh lain dimaknai untuk melihat perspektif yang lebih luas terhadap hal tersebut," Pramono menambahkan.
Baca Juga: Ada 136 Pelanggaran Pemilu di Banten, Cuma 3 Kasus Masuk Ranah Pidana