Secara historis, kaum anarkis berperan dalam kisah epik Komune Paris 1871. Kaum anarkis dengan beragam variannya juga berperan dalam perang saudara di Spanyol 1936-1939, ketika mereka berperang melawan rezim fasis Franco. Kala itu, basis terkuat kaum anarkis berada di Catalonia alias Barcelona.
Pada era kontemporer, kaum anarkis beserta segala variannya berperan dalam menginisiasi gerakan anti-Kapitalisme selama pertemuan rutin World Trade Organization (WTO) tahun 1999. Mereka juga ikut menginisiasi gerakan Occupy Wall Street tahun 2011.
Kekinian, dalam aksi-aksinya, kaum anarkis kerap mempraktikkan aksi vandalisme alias perusakan terhadap bangunan-bangunan milik kaum kapitalis global.
Chris Bowen, tokoh anarkis di Kanada dalam artikel wawancara berjudul Vandalism a central part of anarchists' tactics, di laman daring The Globe and Mail, 27 Juni 2010, menjelaskan mengapa vandalisme menjadi taktik.
Baca Juga: Pengacara HAM Kecam Aksi Pemukulan Demonstran Anarkis Saat May Day Bandung
”Ketika bangunan dihancurkan dan tidak ada yang terluka, siapa yang peduli?" kata Bowen.
"Itu jendela yang pecah, bukan kehidupan. Kekerasan justru dari perusahaan-perusahaan kapitalistik. Mereka merusak lingkungan, mereka menghancurkan kehidupan kita semua. Jadi, siapakah yang melakukan aksi vandal sebenarnya?”
Anarkisme di Indonesia
Edward Douwes Dekker alias Multatuli disebut oleh kaum anarkis sebagai inspirator pertama gerakan mereka di Indonesia.
Sebab, teks-teks Multatuli memberikan pengaruh signifikan terhadap pekerja anarkis dan sindikalis di Belanda pada awal abad ke-20.
Baca Juga: Aksi May Day di Papua, Pemerintah Dituntut Selesaikan Kasus Buruh Freeport
Hal itu terekam dalam buku karya M Welcker tahun 1992 berjudul ”Eduard Douwes Dekker, Biografisch Woordenboek van het Sosialisme en de Arbeiderbeweging di Nederland.” (hal 45-58).