Penuh Darah dan Keringat, Sejarah Kelam di Balik Hari Buruh

Rabu, 01 Mei 2019 | 11:22 WIB
Penuh Darah dan Keringat, Sejarah Kelam di Balik Hari Buruh
Aksi Hari Buruh Internasional digelar di Alun-Alun Kota Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (1/5/2019). [Suara.com/M Yacub Ardiansyah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tanggal 1 Mei diperingati sebagai May Day atau Hari Pekerja Internasional di berbagai negara.

Seperti kita tahu, Hari Buruh biasanya identik dengan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para buruh.

Di Indonesia sendiri, Hari Buruh mulai diperingati pada tahun 1920 silam meski sempat terhenti di era Orde Baru.

Namun, sejak tahun 2014, Hari Buruh mulai dijadikan hari libur nasional. Demonstrasi Hari Buruh di Indonesia pun biasanya berlangsung tertib dan damai.

Baca Juga: Selain Prabowo, Rizal Ramli Akan Berorasi Saat Aksi Buruh KSPI di Senayan

Meski demikian, tahukah kamu jika pergerakan Hari Buruh ini ternyata punya sejarah kelam di tempat asalnya?

Ilustrasi sejarah hari buruh (Pixabay/Joko_Narimo)
Ilustrasi sejarah hari buruh (Pixabay/Joko_Narimo)

Seperti dirangkum dari berbagai sumber, sejarah Hari Buruh awalnya bermula di Amerika Serikat sejak tahun 1860-an.

Pada tahun itu, banyak pekerja yang menuntut agar jam kerja panjang dipotong hingga menjadi 8 jam saja dan kondisi kerja diperbaiki.

Sementara pada tahun 1880-an, Federation of Organized Trades and Labour Unions bermaksud untuk menetapkan 1 Mei sebagai hari pertama di mana 8 jam kerja diberlakukan.

Tanggal 1 Mei sendiri dipilih karena identik dengan berbagai macam perayaan dan festival di seluruh dunia. Contohnya saja, ada festival Beltane yang dirayakan tanggal 1 Mei dan melambangkan kesuburan.

Baca Juga: 3.000 Buruh Tangerang Naik 50 Bus Masuk Jakarta untuk Berdemo

Demi menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh tersebut, para pekerja di Amerika Serikat pun melakukan demonstrasi besar-besaran secara damai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI